Senin 04 Dec 2017 12:55 WIB

Duh, 100 Ton Ikan Keramba Jaring Apung Mati di Lubukbasung

Kondisi ikan mati di kolam ikan jaring. (Ilustrasi)
Foto: Antara
Kondisi ikan mati di kolam ikan jaring. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LUBUKBASUNG -- Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Agam, Sumatra Barat memperkirakan ikan mati dari Keramba Jaring Apung (KJA) Danau Maninjau telah mencapai 100 ton. Hal itu terjadu akibat angin kencang yang melanda daerah itu sejak Ahad (26/11).

"Sebelumnya jumlah ikan mati baru sekitar 50 ton, namun kini bertambah menjadi 100 ton," kata Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan setempat, Ermanto di Lubukbasung, Senin (4/12).

Ia mengatakan ikan mati tersebut jenis nila dan mas berbagai ukuran. Ikan-ikan tersebut berasal dari 50 unit keramba jaring apung milik 20 pembudidaya yang tersebar di Bayua, Linggai, Duo Koto, Tanjung Sani dan Koto Melintang.

Akibat kematian ikan itu pembudidaya keramba jaring apung setempat mengalami kerugian sekitar Rp 3 miliar. Angka tersebut dengan taksiran harga ikan per kilogram sebesar Rp 30 ribu.

Menurut dia kematian ikan ini telah terjadi sejak Senin (27/11), akibat angin kencang dan curah hujan cukup tinggi melanda daerah itu pada Ahad (26/11). Setelah itu ikan mengalami pusing dan beberapa jam ikan sudah mengapung ke permukaan danau.

Ini akibat pembalikan air dari dasar danau ke permukaan, sehingga oksigen berkurang karena di dasar danau terdapat tumpukan sisa pakan ikan cukup banyak. Sementara pembudidaya menebar bibit ikan dalam satu petak keramba jaring apung dengan panjang lima meter dan lebar lima meter sebanyak 7.000 sampai 10 ribu ekor. Sedangkan kapasitas hanya sekitar tiga ribu ekor.

"Kemungkinan jumlah kematian ikan ini akan bertambah karena angin masih bertiup kencang disertai curah hujan hujan tinggi di daerah itu," katanya.

Ia mengimbau pembudidaya agar segera memanen ikan yang sudah siap panen, dan memindahkan ke kolam air tenang. Selain itu mengurangi pemberian pakan ikan, hidupkan mesin penambah oksigen dan lainnya. "Ini untuk meminimalkan kematian ikan yang dapat menambah kerugian pembudidaya," katanya.

Pembudidaya ikan keramba jaring apung, Tami (63) mengatakan sebelumnya ikan yang mati tersebut diolah menjadi ikan kering dan sisanya di jual ke pedagang dengan harga Rp 10 ribu per kilogram. Namun dengan jumlah kematian yang tinggi, pihaknya kesulitan untuk mengolah dan pedagang juga tidak mau membeli ikan mati karena persediaan cukup banyak. "Dengan kondisi itu terpaksa bangkai ikan dibuang ke danau," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement