REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan menggelar Rapat Tingkat Menteri (RTM) terkait antisipasi dampak erupsi gunung Agung, Siagat Darurat Bajir, dan Tanah Longsor, di Kantor Kemenko PMK, Jakarta Rabu (29/11). Menko PMK Puan Maharani Pemerintah sudah mengambil langkah-langkah penanggulangan bencana dan juga antisipasi bencana sejak awal.
"Contohnya erupsi Gunung Agung, kita siapkan sejak awal tempat pengungsian, konsumsi bagi pengungsi, termasuk layanan imigrasi bagi wisatawan mancanegara yang sedang ada di Bali," ujar Puan.
Puan menjelaskan bahwa antisipasi terhadap bencana harus dilakukan sejak awal. Termasuk soal tugas masing-masing instansi, siapa melakukan apa. Karena itu, ketika bencana terjadi respon dan penanganan yang dilakukan pun akan cepat.
"Jadi dalam rapat ini kita bahas koordinasi antar instansi dan kesiapan dari setiap kementerian dan lembaga dalam mengantisipasi maupun menanggulangi bencana. Baik banjir, longsor maupun erupsi Gunung Agung Bali," jelas Puan.
Menko PMK mengungkap, salah satu permasalahan yang ada dilapangan saat ini adalah jumlah pengungsi yang sangat fluktuatif. Menurut catatan jumlah pengungsi per (28/11) adalah sebesar 29.673 Jiwa tersebar di 217 tempat, tetapi kemungkinan jumlah tersebut bisa berubah karena mobilitas pengungsi sangat tinggi. Secara umum, penanganan pengungsi sudah dilakukan dengan memadai. Baik dari sisi penyediaan logistik, air bersih, sanitasi, dan pelayanan kesehatan.
Puan menjelaskan Pemerintah secara konsisten melakukan koordinasi intensif terkait penanganan bencana. Misalnya Menteri Sosial juga menyiapkan soal logistik beras bagi pengungsi. Kemudian Menteri Pariwisata aktif dalam pelayanan warga negara asing yang sedang berlibur di Bali dan tiap lima jam dikasi update informasinya. Bahkan sudah disiapkan transportasi penghubung bagi pengungsi ataupun warga negara asing di bandara Ngurah Rai Bali.
"Dan alhamdulillah, Kementerian Pariwisata mengatakan bahwa erupsi letusan Gunung Agung tidak mengganggu angka wisatawan di Bali dan di Indonesia seluruhnya," tambah Puan.
Selain itu, Puan juga mengatakan bahwa koordinasi dengan pemerintah daerah terus dilakukan di mana Kementeria Dalam Negeri sudah meminta semua daerah mengantisipasi perubahan cuaca yang akan masuk musim hujan dengan curah hujan tinggi pada Desember 2017, Januari dan Ferbuari 2018.
"Bahkan selanjutnya kemungkinan musim kering berkepanjangan 2018, juga susah diminta agar diperhitungkan sejak sekarang," jelas Puan.
meminta agar K/L lebih fokus menggiatkan programnya di Kabupaten/Kota di Bali dan juga mengharapkan agar lebih ditingkatkan lagi aktivitas-aktivitas posko penanganan darurat bencana erupsi Gunung Agung, mengaktifkan dan memperkuat peran posko pendamping di Provinsi Bali serta memaksimalkan fungsi service center untuk sosialisasi dan penyebarluasan informasi tentang perkembangan aktivitas Gunung Agung maupun upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah.
RTM ini dihadiri Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, serta sejumlah pejabat terkait lainnya.
Secara umum menurut Menko PMK kehidupan di Bali relatif normal tidak seperti yang digambarkan oleh media-media, yang terganggu hanya jadwal penerbangan saja. Turis asing dapat memperoleh perpanjangan Visa yang lebih mudah apabila Visa kunjungannya sudah habis akibat terganggunya jadwal penerbangan, perpanjangan visa tersebut terdapat di bandara dan kantor imigrasi. Menko PMK meminta Kementerian Pariwisata untuk mensosialisasikan kepada para turis asing agar tidak perlu khawatir dengan pemberitaan ini, karena masih banyak destinasi wisata di Bali yang masih bisa dikunjungi.
Menko PMK melanjutkan, diperlukan upaya-upaya dalam mengantisipasi banjir dan tanah longsor yang tengah menerpa di Indonesia. Data yang terjadi 2017, banjir dan tanah langsor sudah terjadi dari awal tahun, lebih dari 1,8 juta penduduk merasakan dampak longsor dan banjir, diperlukan kesiapsiagaan K/L terkait untuk membantu para korban.
“Saya minta kepada K/L terkait banjir dan longsor dari siklon di pulau Jawa, kita antisipasi lagi dengan memberi peringatan dini kepada semua pihak, dan meyiapkan semuanya mulai dari beras, logistik, air bersih, sanitasi, dan pelayanan kesehatan, dan saya lihat semua K/L sudah siap dan siaga dalam mengantisipasi bencana ini,” ujar Menko PMK.