Rabu 29 Nov 2017 05:55 WIB

Erupsi Gunung Agung dan Potensi Kerugian Wisata Bali

Erupsi magmatik Gunung Agung terlihat dari Kubu, Karangasem, Bali, Selasa (28/11).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Erupsi magmatik Gunung Agung terlihat dari Kubu, Karangasem, Bali, Selasa (28/11).

REPUBLIKA.CO.ID, Sepanjang hari kemarin puluhan penerbangan di Bandara Soekarno Hatta dibatalkan. Setidaknya 94 penerbangan dari Jakarta menuju Bali dan beberapa penerbangan yang membutuhkan transit di Bandara Internasional Ngurah Rai dibatalkan. Hal yang sama juga dialami oleh penerbangan menuju Bali dari berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri akibat kembali ditutupnya Bandara Ngurah Rai sampai Rabu (29/11) pagi ini pukul 07.00.

Kita berharap penutupan Bandara Ngurai Rai tidak berkepanjangan. Dan hari ini bandara tersebut benar-benar kembali dibuka sehingga pergerakan orang dari dan menuju Bali melalui jalur udara bisa berjalan normal. Dengan begitu, aktivitas ekonomi di bandara Bali dan sekitarnya tidak begitu terdampak erupsi Gunung Agung.

Batalnya puluhan penerbangan menuju dan keluar Bali merupakan sisi lain akibat dari bencana erupsi Gunung Agung. Kita menyadari, bencana erupsi ini telah membuat puluhan ribu warga Bali mengungsi. Mereka hidup di sejumlah titik pengungsian. Para pengungsi ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah daerah ataupun pemerintah pusat. Organisasi-organisasi kemasyarakatan juga dibutuhkan untuk bahu-membahu dalam meringankan kesusahan yang dialami pengungsi.

Penanganan pengungsi yang terkoodinasi dengan baik akan membuat masyarakat yang sedang menghadapi cobaan berat ini lebih ringan menghadapinya. Mudah-mudahan pengalaman pemerintah selama ini dalam menghadapi bencana, membuat penanganan pengungsi akibat erupsi Gunung Agung berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Kita juga berharap, aktivitas erupsi Gunung Agung akan menurun. Sehingga, tidak hanya pengungsi yang akan menyambut dengan lebih lega penurunan tersebut, tetapi juga Bandara Ngurah Rai akan beroperasi secara normal kembali.

Semoga hari ini bandara di Pulau Dewata tersebut benar-benar beroperasi kembali. Kalau akhirnya erupsi Gunung Agung masih belum dapat diprediksi kapan berakhirnya, mudah-mudahan masyarakat pariwisata di Bali dapat menghadapi masalah ini dengan lapang dada.

Kita memahami pariwisata merupakan penggerak utama roda ekonomi Bali. Bahkan, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali menduduki angka pertama secara nasional dibandingkan daerah lain. Tidak saja wisatawan lokal, tetapi wisatawan asing juga terbanyak yang datang ke Indonesia, tujuannya adalah Bali.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, daerah tujuan wisata Pulau Bali menerima kunjungan wisatawan mancanegara 4,92 juta orang selama tahun 2016. Angka itu meningkat 23,14 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat 4,001 juta orang.

Wisatawan datang dengan menumpang pesawat yang terbang langsung dari negaranya melalui Bandara Ngurah Rai sebanyak 4,85 juta orang. Dan sisanya 75.303 orang melalui pelabuhan laut.

Biasanya puncak kedatangan wisatawan, antara lain, pergantian Tahun Baru dan hari libur nasional. Namun dengan terjadinya erupsi ini, kemungkinan jumlah wisatawan akan menurun cukup tajam. Apalagi, dengan ditutupnya bandara yang merupakan pintu utama masuknya wisatawan asing.

Ketika erupsi Gunung Agung pada Oktober lalu, potensi kerugian wisata Bali diperkirakan mencapai. 20 juta dolar AS. Pada bulan itu setidaknya 60 ribu wisatawan asing membatalkan kunjungan ke Bali dan rata-rata wisatawan menghabiskan sekitar 1.300 dolar AS di Bali.

Pada Oktober tidak ada penutupan bandara. Dengan kejadian beberapa hari terakhir ini, potensi kerugian wisata Bali bukan tidak mungkin akan lebih besar. Apalagi, penutupan Bandara Ngurah Rai bisa dilakukan sewaktu-waktu karena pengaruh erupsi Gunung Agung yang belum ada tanda-tanda akan menurun.

Kalau akhirnya banyak wisatawan asing yang membatalkan wisatanya ke Bali, pemerintah pusat dan Pemrov Bali juga hendaknya memberi perhatian terhadap nasib pelaku wisata Bali agar tidak benar-benar terpuruk.

(Tajuk Koran Republika).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement