REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto mengatakan guru adalah investasi bangsa di masa depan. Sehingga keseriusan dalam mengelola guru sejatinya sedang merancang kualitas generasi bangsa untuk sekian tahun yang akan datang.
"Sebagian orang sering berpikir investasi adalan hitung-hitungan ekonomi, sementara saat memperhatikan nasib guru hanya dimaknai sebagai balas budi atas jasa-jasa baiknya selama ini," kata Susanto dihubungi dari Jakarta, Jumat (24/11).
Susanto mengatakan perhatian kepada guru harus dimaknai sebagai investasi besar untuk mencetak anak-anak sebagai generasi bangsa yang andal. Karena itu, dia merasa prihatin karena ada guru yang hanya diberi honor sangat jauh dari layak.
"Mayoritas guru memang telah mendapatkan peningkatan kesejahteraan. Status guru pegawai negeri sipil di DKI Jakarta tentu surga bagi guru di Indonesia. Begitu pula dengan kebijakan sertifikasi yang meningkatkan kesejahteraan guru," tuturnya.
Meskipun ada kebijakan sertifikasi yang meningkatkan kesejahteraan sebagian guru, Susanto menilai tetap perlu ada perbaikan dari sisi pengelolaan agar guru fokus pada mendidik siswa dan tidak lagi terbebani hal-hal lain.
Masih banyak guru dengan status honorer dan mengajar di sekolah swasta yang bersusah payah mendidik siswa terutama di pelosok yang jauh dari peradaban, dengan bahan ajar yang terbatas, sumber pengetahuan minim dan upah yang tidak sebanding dengan perjuangan mendidik anak-anak bangsa. "Guru yang pekerjaannya begitu mulia, masih ada yang hanya menerima gaji Rp 200 ribu hingga Rp 350 ribu per bulan. Meski begitu, napas perjuangannya untuk mendidik tidak padam. Mengapa mereka tetap betah mengabdi? Yang pasti dedikasi mereka sangat besar bagi bangsa," katanya.