REPUBLIKA.CO.ID, BULA -- Sedikitnya 114 titik potensi pariwisata yang tersebar di 16 kecamatan Kabupaten Seram Bagian Timur, sampai sekarang belum dikembangkan. "Kami sudah mendata secara keseluruhan di wilayah kami ada 114 titik yang memang masih harus dikembangkan lagi," kata Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Seram Bagian Timur Ramli Keliobas di Bula, Kamis (23/11).
Sebagian besar spot pariwisata yang belum dikembangkan, kata dia, adalah potensi ekowisata berupa pantai, air terjun, pemandian air panas alami, dan spot-spot diving yang memiliki banyak terumbu karang. Spot-spot pariwisata tersebut umumnya sudah berkembang secara alami, tapi masih membutuhkan banyak pengembangan dari segi penyediaan fasilitas pendukung. Dengan demikian diharapkan akan bisa lebih menjual, seperti akses jalan, komunikasi, alat transportasi, toilet dan sebagainya.
Jika semua fasilitas standar sudah dipenuhi, maka 114 spot pariwisata dapat segera dipromosikan melalui berbagai media massa dan media sosial, sehingga bisa menambah pendapatan asli daerah (PAD). "Umumnya titik-titik pariwisata itu memang sudah dikenal oleh masyarakat kami, tapi untuk bisa dikenalkan ke luar saya pikir masih banyak fasilitas standar yang harus disediakan juga, yang paling utama adalah jalan menuju ke sana dan akses komunikasi," katanya.
Menurut Ramli, karena belum banyak potensi objek wisata yang dikembangkan, sektor pariwisata belum bisa memyumbangkan banyak PAD. Sehingga target nilai PAD yang harus dihasilkan terus mengalami penurunan, mulai dari Rp 50 juta per tahun hingga akhirnya menjadi hanya Rp 10 juta per tahun.
Saat ini PAD yang bersumber dari sektor pariwisata di Kabupaten Seram Bagian Timur lebih banyak berasal dari setoran yang dibayar oleh karaoke-karaoke dan penginapan yang banyak tersebar di hampir seluruh wilayah kabupaten. Sedangkan untuk retribusi objek wisata, terbanyak dihasilkan dari Pantai Gumamae yang berada di Kecamatan Bula, sekitar empat kilometer dari pusat kota Bula.
"Sektor pariwisata masih belum mampu memenuhi jumlah yang ditargetkan, bahkan tidak bisa mencapai Rp 30 juta makanya terus diturunkan, hingga tahun ini hanya Rp 10 juta," ucapnya.