Jumat 24 Nov 2017 06:11 WIB

Sekjen PDIP: Emil Dardak Tergiur Kekuasaan dan Loncat Pagar

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Bayu Hermawan
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto
Foto: Istimewa
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Demokrat dan Golkar secara resmi telah memberikan dukungan kepada Bupati Trenggalek Emil Elistyanto Dardak untuk maju sebagai Cawagub mendampingi Khofifah Indar Parawansa di Pilkada Jawa Timur (Jatim) 2018 mendatang.  Emil pun belakangan diperbincangkan karena merupakan kader PDIP,  yang partainya telah mendeklarasikan dukungan kepada Syaifullah Yusuf-Abdullah Azwar Anas.

Menyikapi hal tersebut, Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan PDIP tidak terpancing dengan strategi outsourcing dan jalan pintas partai lain. Hasto melanjutkan, PDI Perjuangan memilih dan berkomitmen membangun sekolah partai, sekolah kader dan melakukan pendidikan politik secara berjenjang sebagai proses kaderisasi sistemik yang dibangun di PDI Perjuangan.

"Kami percaya pada mekanisme kaderisasi Partai," ujar Hasto, Kamis (23/11).

Hasto melanjutkan, dalam catatan PDIP dari 34 kepala daerah di bawah umur 40 tahun yang berasal dari PDIP, ternyata hanya Emil Dardaklah yang tergiur kekuasan lebih tinggi. Karena itu juga Emil rela loncat pagar dan meninggalkan masyarakat Trenggalek. Padahal Emil lanjut Hasto, baru dua tahun menjalani kepemimpinan di Trenggalek.

"Jumlah kepala dan wakil kepala daerah PDI Perjuangan yang berusia dibawah 40 tahun sebanyak 34 orang. Hanya 1 orang yang memilih jalan kekuasaan dan memilih loncat pagar," kata Hasto.

Namun demikian, Hasto mengatakan berpindahnya Emil Dardak untuk jabatan lebih tinggi, tidak akan mengurangi semangat politik terbuka PDI Perjuangan dalam menghadirkan kader calon pemimpin baru.

''Bung Emil Dardak telah memilih jalan. Partai tentu otomatis memberikan sanksi pemecatan. Ia adalah gambaran sedikit dari orang muda yang memilih loncatan politik, meski baru menjabat 2 tahun menjabat Bupati," ujar Hasto.

Ia pun membandingkan sejumlah kader PDIP yang juga menjadi kepala daerah seperti Walikota Surabaya Tri Rismaharini, Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo, Walikota Semarang Hendrar Prihadi, Walikota Badung I Nyoman Giri Prasta. Hasto menyebut mereka sebagai contoh pemimpin muda yang lebih memilih bekerja berprestasi melayani rakyat dan menyelesaikan masa jabatannya minimal 5 tahun.

"Mereka adalah kepada daerah yang menempatkan kepercayaan penuh pada rakyat terhadap masa depan kepemimpinannya," katanya.

Karena itu juga, sebagai salah seorang pengajar sekolah para calon kepala daerah PDI Perjuangan, Hasto menegaskan tekadnya untuk terus mendorong organisasi Partai sebagai wahana pengemblengan calon pemimpin.

Hal ini juga kata Hasto justru menjadi tenaga penggerak bagi PDI Perjuangan untuk terus menghasilkan calon-calon pemimpin bangsa yang berkomitmen melayani rakyat bukan sekedar tergiur iming-iming loncat jabatan.

"PDI Perjuangan berjanji untuk menampilkan strategi terbaik, mengingat Gus Ipul dan Abdullah Aswar Anaz merupakan kombinasi kepemimpinan berprestasi. Keduanya tidak hanya memiliki akar yang kuat, namun memiliki rekam jejak kepemimpinan yang merupakan kombinasi antara tradisi NU, yang dibalut dengan kedekatan gagasan dengan Gus Dur dan Ibu Megawati," kata Hasto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement