Kamis 23 Nov 2017 09:01 WIB

'Kids Zaman Now' dan Redupnya Cahaya Altruisme

Semangat motivasi dan inspirasi anak muda (ilustrasi).
Foto:

Berita ini memenuhi setiap sudut ruangan rumah dan kantor kita. Secara tidak langsung ia mengajarkan anak-anak Indonesia, jika mereka kelak mempunyai uang, cukup uang saja yang dikorbankan dan segalanya berbalik mendukung mereka dari berbagai arah mata angin.

Jiwa altruisme diperlukan para pemimpin negara yang sudah sekarat ini. Sekarat akan roh altruisme. Kebanyakan dari orang yang memimpin negara ini telah mengalami dehidrasi akut altruisme. Jika ini dibiarkan, hal tersebut akan segera berpindah kepada generasi zaman now.

Miris memang nasib hidup orang banyak yang bernapas di negeri ini. Tak banyak lagi orang berpikir bagaimana saya dapat bermanfaat untuk orang banyak. Bahkan sebaliknya, bagaimana orang banyak bisa bermanfaat untuk saya.

Nilai altruisme perlu menancap sedalam-dalamnya di dalam otak dan dada anak kita. Nilai tersebut tidak dapat datang dengan ucapan “simsalabim”. Ia memerlukan ratusan bahkan ribuan hari untuk bisa terpatri di dalam sanubari hingga mendarah daging.

Hidup bermasyarakat memerlukan interaksi yang sempurna antara amygdala dan PFC agar tercipta harmonisasi. Jika manusia Indonesia tidak lagi meningkatkan jiwa altruisme, negara ini akan terus terseok mencapai titik kesejahteraan dalam berbagai lini kehidupan.

Pada saat peringatan Hari Anak Sedunia, 20 november 2017, begitu banyak PR yang harus diselesaikan demi menciptakan anak-anak yang berkualitas untuk keberlangsungan negara ini kelak.

Salah satu PR yang harus segera dikerjakan orang tua dan kita semua adalah membentuk dan merawat semaksimal mungkin jiwa altruisme. Tanpa itu, kita tidak perlu kaget jika kelak menjadi yang dikorbankan oleh anak-anak yang tidak memiliki jiwa altruisme hari ini.

Hilangnya rasa empati, merupakan tanda redupnya pijaran cahaya altruisme. Jika hal ini kerap dibiarkan menjadi sebuah kebiasaan, tombol altruisme dalam otak anak semakin tidak sensitif mendeteksi keresahan dan kesulitan yang dialami orang lain.

Semua yang kita tanam hari ini akan kita tuai esok hari. Dan anak-anak zaman now adalah anak-anak zaman tomorrow!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement