REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jajaran pemerintah daerah di berbagai wilayah di Tanah Air menyiapkan beragam antisipasi terhadap cuaca ekstrem yang semakin meningkat. Langkah ini dimaksudkan meminimalisasi jatuhnya korban jiwa hingga kerugian materi yang mungkin ditimbulkan akibat bencana seperti banjir dan tanah longsor.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Tengah Sarwa Pramana mengatakan, terkait kesiapsiagaan menghadapi musim penghujan 2017/2018, BPBD Jateng telah melakukan beberapa langkah. Langkah mendasar adalah koordinasi dengan para pemangku kepentingan penanggulangan bencana seperti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan SAR Nasional (Basarnas) hingga aparat TNI-Polri.
BPBD Jateng, menurut Pramana, telah mengaktifkan posko siaga darurat bencana di BPBD Jateng. Pramana menjelaskan, langkah-langkah lain yang dilakukan BPBD Jateng adalah menyebarkan nomor telpon posko bencana BPBD kabupaten/kota dan pemangku kepentingan melalui media sosial, seperti Twitter, Instagram, dan Facebook.
Kemudian mengalokasikan dana/anggaran belanja tidak terduga Gubernur Jawa Tengah untuk penanganan bencana sebesar Rp 45 miliar. "Kami juga memetakan daerah rawan banjir dan tanah longsor di 35 kabupaten/kota di Jateng. Perinciannya, banjir di 334 kecamatan di 1.719 desa dan tanah longsor di 335 kecamatan di 1.594 desa," ujarnya, Senin (20/11).
Dinas Sosial Kota Pekanbaru mulai menyiagakan logistik guna mengantisipasi bencana banjir yang mulai mengancam sejumlah wilayah di ibu kota Provinsi Riau. Hal ini menyusul meningkatnya intensitas curah hujan.
"Sejauh ini kita sudah siap untuk menghadapi kemungkinan terburuk dampak bencana banjir di Pekanbaru," kata Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Pekanbaru Chairani di Pekanbaru, Senin (20/11).
Ia mengatakan, logistik yang dimiliki Dinsos Pekanbaru seperti tenda darurat, dapur umum serta kebutuhan sandang dan pangan saat ini dinilai masih representatif untuk dimanfaatkan. Chairani menilai, terdapat dua wilayah yang menjadi atensi pemerintah terkait bencana banjir di Pekanbaru, yaitu Kecamatan Rumbai dan Tenayan Raya.
Kedua wilayah itu disebut sebagai daerah langganan banjir yang berpotensi berdampak pada ratusan kepala keluarga. "Di wilayah lain potensi banjir juga ada, tapi sifatnya itu sementara," ujar Chairani.
BPBD Kota Yogyakarta pun telah menggelar simulasi siaga bencana di Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta. Menurut Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi, simulasi itu bertujuan untuk menyiapkan warga menghadapi bencana secara cepat dan tepat.
Simulasi penanggulangan bencana, menurut Heroe, juga sebagai pengingat untuk masyarakat bahwa ada potensi bencana di sekitar. Apalagi, wilayah Kota Yogyakarta termasuk area dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan berada di bantaran sungai, sehingga dapat menjadi salah satu faktor sulitnya evakuasi saat terjadi bencana.
BMKG mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai cuaca ekstrem yang ditandai peningkatan intensitas hujan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pun telah menyampaikan hal yang sama.
Juru Bicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan sampai dengan saat ini, tercatat 2.057 bencana telah terjadi di Indonesia. Dari jumlah itu, sebanyak 689 merupakan bencana banjir dan 546 lainnya adalah bencana tanah longsor.