Sabtu 18 Nov 2017 14:05 WIB

'Setnov Ditahan, Golkar Perlu Selamatkan Diri'

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Andi Nur Aminah
Ketua DPP Partai Golkar, Andi Sinulingga
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Ketua DPP Partai Golkar, Andi Sinulingga

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP Partai Golkar, Andi Sinulingga, menilai pihaknya perlu mencari pengganti Ketua Umum bagi partai berlambang pohon beringin tersebut. Kondisi Ketua Umum Partai Golkar, Setya Novanto yang sedang dirawat di rumah sakit dan resmi ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dinilai dapat menyulitkan koordinasi parpol secara jangka panjang.

Menurut Andi, saat ini Novanto sudah menjadi tahanan KPK. Kondisinya pun makin sulit karena dia juga dirawat di rumah sakit. "Maka orang yang akan berkunjung pun menyesuaikan jadwal besuk rumah sakit. Kunjungan juga menyesuaikan jadwal besuk secara protokoler sebagai tahanan. Karena itu, akan sangat sulit bagi pengurus Golkar untuk melakukan kosultasi dan koordinasi dengan Pak Novanto," ujar Andi dalam diskusi di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (18/11).

Jika demikian, bisa jadi Golkar akan mengalami kepemimpinan secara jangka panjang. Situasi seperti ini, lanjut Andi, harapannya dapat segera diantisipasi oleh keluarga besar Golkar.

Sejumlah pihak internal partai, seperto Jusuf Kalla, Ginandjar Kartasasmita, Ketua DPD Golkar Jawa Barat, Dedi Mulyadi dan keluarga Golkar di Solo menyarankan adanya penyelamatan partai dengan mencari alternatif figur pemimpin pengganti Novanto. Sementara itu, ada pula pihak lain seperti pengurus Golkar Lampung yang menyatakan tidak perlu ada pergantian ketua umum. Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) juga menyebutkan bahwa akan tetap tunduk dengan perintah dari penjara, jika Novanto dipenjara.

"Kami kira, Golkar perlu cepat menyelesaikan, merecovery. Sebab Golkar terpaku pada anggapan bahwa sistem parpol sudah bagus, sudah kuat dan tidak terpengaruh dari figur pemimpin parpolnya," tegas Andi.

Andi mengakui jika saat ini mesin partai masih baik. Elektabilitas Partai Golkar yang masih berada di angka 13,8 persen juga diakui masih aman untuk sebuah parpol dengan ketua umum yang tersangkut perkara korupsi.

Jika dibandingkan dengan parpol lain yang mengalami kondisi serupa, elektabilitas Golkar disebutnya masih bisa diselamatkan. "Namun, jika ingin parpol bangkit dan jaya, ya ke depannya perlu ada pengisian kekosongan kepemimpinan. Kami kira jalan yang paling baik adalah mencari alternatif pemimpin seperti yang diusulkan para senior partai, juga melakukan penyelamatan partai.

Adapun yang dibutuhkan Golkar saat ini adalah figur dengan dua kriteria. Pertama, figur pemimpin partai yang bisa menjadi representasi iklim demokrasi yang baik bagi Indonesia dan figur yang relatif jauh dari unsur korupsi, kolusi dan nepotisme.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement