REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Metro Jaya mengungkapkan, tersangka pembunuh balita di Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Selasa (14/11) akan dites kejiwaannya di RS Polri Kramat Jati.
"Hari ini tersangka akan dibawa ke RS Polri Kramat Jati, akan dilakukan pemeriksaan kejiwaan. Dan hari ini ada olah TKP kembali di rumah kos-kosan tersangka," ujar Argo di Mapolda Metro Jaya, Selasa (14/11).
Kejadian nahas menimpa balita berusia empat tahun (GW) yang harus merenggut nyawa, lantaran disemprot dengan obat antiserangga. Ibu kandungnya (tersangka NW) melakukan hal sadis itu karena GW mengompol dan terus menerus menangis.
NW ditinggal suaminya saat usia kandungannya sudah enam bulan. NW melahirkan GW dari hasil hubungan gelapnya dengan sang suami. Hingga kini, keberadaan suami dari tersangka NW belum diketahui.
Argo menyebutkan, ketika tersangka ditanyakan soal kronologis kejadian, tersangka menjawab dengan lancar. "Masalah dia rewel, kita belum bisa simpulkan secara pasti latar belakang dari si ibu ini, apa karena dia itu sebagai ibu sekaligus bapak, dan kemudian dia juga pernah kerja dan resign pada 11 September," ucap dia.
Kemudian, orang tua tersangka, kata Argo lebih lanjut, memberikan subsidi tidak total. Artinya masih jauh dari perkiraan untuk kehidupan satu bulan di Jakarta, setelah tersangka keluar dari kantor. Ini yang masih harus diperiksa kembali oleh kepolisian mengapa bisa ada kejadian seperti itu.
Sementara motif pastinya masih didalami, kepolisian juga akan lakukan olah TKP hari ini. Penyidik akan mendatangi sekolah korban, untuk menanyakan seperti apa kegiatan sehari-hari korban. Setelah itu, penyidik juga akan ke TKP lagi untuk ambil barang bukti (barbuk) yang masih tersisa di TKP.
"Nanti kita lihat olah TKP kembali kan boleh-boleh saja. Misalnya, penyidik masih menilai ada kekurangan, kita ke sana kembali," ujar Argo.
Setidaknya sudah ada 11 saksi yang diperiksa oleh kepolisian untuk dimintai keterangan terkait pembunuhan balita di Duri Kepa itu, dan jenazah korban sudah dioutopsi. Hasil dari outopsi, masih belum keluar sehingga penyebab kematian korban lainnya masih terus didalami.
"Nanti dari pihak outopsi dan dokter yang akan simpulkan sebab-sebab kematiannya seperti apa. Kemudian luka-lukanya di mana saja. Nanti itu ahli dari dokter yang akan menyampaikannya. Artinya akan disampaikan kepada penyidik," tutur Argo.
Tersangka telah melakukan penganiayaan kepada korban sejak empat bulan terakhir. Bentuk-bentuk penyiksaannya juga belum disebutkan dengan pasti seperti apa.
Kronologi pembunuhannya, sebelum tersangka menyemprot obat antiserangga, korban sempat dipukul alat kelaminnya serta ditampar akibat korban mengompol dan tidak mau berhenti menangis. Tak kunjung diam, pelaku membiarkan korban tertidur di lantai dengan tangan diikat ke belakang menggunakan tali rafia serta dalam posisi tengkurap. Namun, tangisan juga tidak berkurang dari GW akhirnya pelaku menyemprot obat antiserangga itu.
Setelah disemprotkan, korban malah semakin menangis hingga akhirnya ditendang oleh pelaku dan pelaku menutupi kepala korban dengan kantong plastik merah. Setelah itu, korban dibiarkan terbungkus plastik.
Dan ketika hendak membeli makanan, pelaku NW melihat korban sudah lemas dan panik. Ia menangis dan menelpon ibunya, kemudian memesan grabbike untuk mengantar anaknya ke RS Graha Kedoya, Jakarta Barat. "Grenith maafin mamah," ucap pelaku pada saat menggendong anaknya di sepeda motor.