Ahad 12 Nov 2017 15:28 WIB

Lafran Pane: Menjahit Indonesia dengan HMI

Kader HMI Cabang Solo berjalan kaki di Jalan Slamet Riyadi, mengabarkan pada warga tentang sosok Lafran Pane yang ditetapkan sebagai pahlawan nasional, Ahad (12/11)
Foto: Republika/Debbie Sutrisno
Presiden Joko Widodo didampingi Mensesneg Pratikno, bertemu dengan perwakilan KAHMI di Istana Negara, Jumat (3/11).

Sebagai aktivis di zaman revolusi Pak Lafran tentu merasakan denyut kekecewaan para tokoh tentang nasib umat Islam dan bangsa ini di masa depan. Itulah kaitan ideologis, benang merah pendirian HMI dengan para tokoh pejuang kemerdekaan. Identitas Keislaman dan Keindonesiaan kader HMI merupakan mandat ideologis dan kontiniutas perjuangan para tokoh Islam yang berada dalam BPUPKI agar HMI selalu menjadi faktor perekat dan mengintegrasikan antara ajaran agama islam dan Negaran RI.

Perlu penegasan agar tidak terjadi kesalafahaman konteks, bahwa penganugerahan seorang Putra Bangsa menjadi Pahlawan Nasional termasuk Pak Lafran Pane ini bukan atas kewenangan dan kemauan Presiden Joko Widodo, tetapi kewenangan negara sesuai mekanisme perundang undangan yang berlaku. Melalui usulan dan kajian sehingga Tokoh Lafran Pane layak dianugerahkan gelar Pahlawan Nasional.

Karenanya penganugerahan ini bukanlah merupakan proses politik dan untuk kepentingan politik sang Presiden, melainkan semata mata penghargaan negara atas karya besar dan jasa Pak Lafran untuk Indonesia.

Apalagi Kahmi telah menggelar 27 kali kajian acedemis di 27 Universitas di Indonesia, para rektor meangapresiasi dan mengakui keunggulan Pak Lafran melalui kiprah HMI. Dan proses ini sudah lama dipersiapkan. Jadi bukan sertamerta menjadi kehendak politik Presiden Joko Widodo.

Dan hal penting yang harus digarisbawahi bahwa penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional pada pemarkarsa dan pendiri HMI Prof Drs Lfran Pane, bukanlah merupakan hadiah politik Presiden Joko Widodo untuk HMI. Tetapi memang pantas gelar pahlawan itu diberikan Pada Pak Lafran karena peran besar yang telah ditorehkan HMI selama 70 thn untuk negeri tercinta.

Tugas HMI ke depan tidak hanya mencetak pahlawan pahlawan perubahan yang terus mengawal relasi Islam dan Indonesia, tetapi harus sunggup membendung arus migrasi liberalisme politik dan kapitalisme ekonomi yang berwatak ekpansif itu. Liberalisme Politik dan Kapitalisme Ekonomi telah menghancurkan peradaban sosial rakyat Indonesia. Dan terus berikhtiar untuk menjadikan perkaderan sebagai instrumen terpenting untuk melahirkan Pemimpin Bangsa dan Negara di masa depan.

*MHR Shikka Songge, Anggota KAHMI dan Trainer Kader HMI

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement