REPUBLIKA.CO.ID, MUARADUA -- Sebanyak enam orang warga Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Sumatera Selatan meninggal dunia akibat bencana alam tanah longsor yang terjadi di wilayah itu. Longsor ini merupakan dampak dari tingginya intensitas hujan sejak dua hari terakhir.
"Bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi Kamis (9/11) menyebabkan enam orang warga di Desa Cukohnau dan Desa Sadau Jaya Kecamatan Sungai Are Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS) meninggal dunia," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) OKU Selatan Donni Agusta di Muaradua, Sabtu (11/11).
Dia mengatakan, tingginya intensitas hujan sejak pukul 14.00 WIB menyebabkan tanah longsor yang menimbun rumah Hatam (62) warga Desa Cokohnau Kecamatan Sungai Are hingga meninggal dunia. "Sedangkan istri korban Satam (55) serta menantunya Sukardi (28) mengalami luka ringan karena saat terjadi longsor berada di dalam rumah," katanya.
Selanjutnya kata dia, bencana longsor susulan terjadi sekitar pukul 20.00 WIB di Desa Sadau Jaya. Longsor menimbun satu rumah warga yang dihuni tujuh orang tersebut. Lima di antaranya meninggal dunia atas nama Riswandi (40) beserta istrinya Susmita (34) serta ketiga anaknya Angga (7), Rifki (4) dan Alex (9).
"Sedangkan dua anak korban lainnya yaitu Iprianto (20) dan Juwita (12) mengalami luka ringan hingga menjalani perawatan di puskesmas terdekat ," jelasnya.
Menurut dia, meluapnya air di Sungai Are di kecamatan setempat akibat hujan deras di wilayah itu yang menyebabkan banjir hingga terjadi longsor di dua desa. Akibatnya enam warga tewas dan empat orang lainnya mengalami luka akibat tertimbun tanah.
"Seluruh korban sudah dievakuasi oleh pihaknya bersama anggota TNI serta dinas terkait. Kami juga sudah melakukan koordinasi dengan Dinas PU setempat dan menerjunkan tim dari BPBD guna mengantisipasi terjadinya bencana susulan," kata dia.
Sementara itu, Kepala Desa Pulau Kemuning Kecamatan Sungai Are, Nopriansyah saat dikonfirmasi secara terpisah mengatakan bahwa luapan air sungai menyebabkan banjir bandang melanda desa setempat dan dua desa lainnya yaitu Ujanmas serta Tanjung Harapan Kecamatan Sindang Danau. "Ketinggian air tiga meter ini sudah merusak sejumlah infrastruktur seperti jembatan gantung yang baru kami bangun. Selain itu turbin penerangan warga juga hanyut disapu banjir," katanya.
Bahkan, sejumlah lahan pertanian seperti sawah padi yang saat ini memasuki musim tanam rusak akibat diterjang banjir bandang tersebut. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, kades mengimbau warga setempat khususnya yang bermukim di bibir sungai untuk mengungsi sementara waktu agar tidak menimbulkan korban jiwa akibat bencana alam tersebut. "Karena banjir hampir merendam rumah penduduk yang berada di pinggir Sungai Are," ujarnya.