Kamis 09 Nov 2017 06:03 WIB

Pahlawan Nasional Pertama dari Bumi Seribu Masjid

Kemerdekaan (Ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Kemerdekaan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Muhammad Nursyamsi, Debbie Sutrisno

Tuan Guru Kiai Haji (TGKH) Muhammad Zainul Abdul Madjid atau Maulana Syekh akan menjadi pahlawan nasional pertama dari Nusa Tenggara Barat (NTB). Gelar pahlawan nasional ini akan diberikan secara langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta, pada Kamis (9/11).

Gubernur NTB Tuan Guru Haji (TGH) Muhammad Zainul Majdi berkali-kali meminta doa dan dukungan masyarakat NTB agar Maulana Syekh ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Gubernur yang dikenal dengan sebutan Tuan Guru Bajang (TGB) ini mengatakan, hanya NTB yang belum memiliki pahlawan nasional. TGB yang juga cucu dari Maulana Syekh menilai, perjuangan Maulana Syekh, baik untuk NTB maupun Indonesia, layak diberikan gelar pahlawan nasional.

"Ini juga merupakan doa dan harapan yang sudah lama dinantikan oleh seluruh masyarakat NTB," ujar TGB.

Bagi NTB, nama Maulana Syekh tak sekadar sosok yang dibanggakan, tetapi juga menjadi pedoman bagi generasi muda. TGB menilai, Maulana Syekh telah berhasil membangun dan merintis kebersamaan, tidak hanya bagi masyarakat NTB, tetapi juga bagi masyarakat Indonesia.

"Beliau membangun daerah dan bangsa ini dengan merangkul semua komponen masyarakat melalui pendekatan agama," kata TGB.

TGB berharap kepada seluruh anak bangsa dapat menjadikan inspirasi konsep dan pendekatan yang dilakukan Maulana Syekh sebagai modal membangun bangsa dan negara. "Ini juga berkat doa dan dukungan seluruh masyarakat NTB," lanjut TGB.

Kepala Dinas Sosial NTB Ahsanul Khalik mengatakan, dua putri Almagfurullah Maulana Syekh, Umi Sitti Rauhun dan Umi Sitti Raihanun, yang menjadi ahli waris, akan menerima penghargaan gelar pahlawan nasional. Keduanya telah tiba di Jakarta pada Rabu (8/11) untuk mengikuti pembekalan sekretariat militer (sekmil) Presiden di kantor Kementerian Sosial (Kemensos).

Ahsanul menyampaikan, kedua umi tersebut sudah harus berada di Istana Negara pada Kamis (9/11) sekitar pukul 09.30 Wib guna mengikuti geladi bersih, sebelum diberikan penghargaan dari Presiden Jokowi pada pukul 11.00 WIB.

Rencananya, Umi Rauhun dan Umi Raihanun juga akan mengunjungi Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata keesokan harinya atau bertepatan dengan Hari Pahlawan Nasional. Tak hanya kedua umi, sang cucu Tuan Guru Bajang (TGB) juga ikut mendampingi dalam kapasitasnya sebagai Gubernur NTB.

Ahsanul mengatakan, gelar pahlawan nasional ini merupakan perjuangan seluruh pihak, yang melibatkan begitu banyak unsur, mulai dari Nahdlatul Wathan (NW), Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, perguruan tinggi, seluruh kepala daerah di NTB, dan juga masyarakat NTB.

"Ini perjuangan banyak pihak dan patut disyukuri dengan penuh kesyukuran. Artinya, NTB diakui oleh pemerintah pusat memiliki kontribusi yang riil bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia," kata Ahsanul.

Berdasarkan keputusan presiden (keppres) gelar pahlawan nasional, Maulana Syekh berada di urutan pertama dari empat pahlawan nasional yang akan ditetapkan pada Kamis (9/11). Dengan begitu, Maulana Syekh akan menjadi pahlawan nasional yang ke-170. Menurut Ahsanul, penetapan gelar pahlawan nasional pada 9 November menjadi kado yang istimewa bagi NTB yang akan memperingati hari jadinya yang ke-59 pada Desember dan juga tetap pada tahun ke-9 era pemerintahan TGB-Muhammad Amin di NTB.

Pemerintah memberikan gelar kepahlawanan untuk empat nama yang dianggap memberikan pengorbanan berharga bagi Indonesia. Keempat orang ini berasal dari berbagai daerah. Wakil Ketua Dewan Gelar Jimly Asshiddiqie mengatakan, nama yang akan mendapat gelar, salah satunya Laksamana Malahayati dari Kesultanan Aceh. Perempuan yang merupakan panglima perang angkatan laut dari Aceh ini ketika itu mampu menghadapi berbagai ancaman dari penjajah, seperti Inggris, Portugis, dan Belanda.

"Laksamana ini sangat luar biasa. Nah, dia seakan terlupakan, padahal namanya sudah terpatri dalam nama kapal KRI, nama gedung, hingga nama jalan. Maka, akan kita kukuhkan namanya menjadi pahlawan," kata Jimly, Rabu (8/11).

Nama kedua yang akan mendapatkan gelar kepahlawanan adalah pendiri Nahdlatul Wathan, Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madji. Menurutnya, sama dengan Nahdlatul Ulama (NU), Nahdlatul Wathan (NW) didirikan sebagai bentuk kebangkitan Tanah Air untuk menghadapi ancaman Belanda. Ajaran dan ilmu yang diajarkan NW juga menjadi salah satu faktor kuatnya persatuan di daerah Nusa Tenggara Barat (NTB).

Ketiga, terdapat nama seorang raja dari Riau yang bukan hanya berjasa bagi Indonesia, melainkan juga untuk negara Malaysia. Bahkan, raja ini juga rencananya akan mendapatkan gelar kepahlawanan dari Malaysia karena pada saat penjajahan dulu, Riau yang berdekat dengan Malaysia menjadi daerah yang berhasil dijaga oleh raja tersebut.

"Nah, kalau yang keempat itu pendiri HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). Dia satu-satunya yang bukan dari daerah," ujar Jimly.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement