Senin 06 Nov 2017 16:40 WIB

Peraih Penghargaan FAO Minta Pupuk Subsidi Dicabut

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Esthi Maharani
Seorang petani sayuran menyiapkan lahan untuk ditaburi pupuk kandang, di kawasan Punclut, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Senin (22/8). (Republika/Edi Yusuf)
Foto: Republika/Edi Yusuf
Seorang petani sayuran menyiapkan lahan untuk ditaburi pupuk kandang, di kawasan Punclut, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Senin (22/8). (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, LEMBANG -- Peraih penghargaan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), Ulus Pirmawan yang merupakan petani asal Desa Suntenjaya Lembang Kabupaten Bandung Barat mengusulkan pupuk bersubsidi dicabut. Sebagai gantinya, ia meminta agar diganti dengan pupuk kandang sebab lebih ramah lingkungan.

Ia mengatakan, pupuk bersubsidi mengandung bahan atau zat kimia yang secara jangka panjang menyebabkan lahan pertanian bisa menjadi tandus. Serta akan merusak kesehatan orang yang mengkonsumsi sayuran.

"Kita serukan kepada pemerintah menyetop pupuk subsidi yang mengandung zat kimia. Sebab kita harus bertani yang berbudaya, ramah lingkungan demi menghasilkan komoditas pertanian yang aman dikonsumsi," ungkapnya, Senin (6/11).

Menurutnya, subsidi pupuk bagi petani bisa diganti dengan hewan kambing. Setiap petani diberikan jatah sebanyak lima ekor kambing. Kemudian kotorannya dimanfaatkan menjadi pupuk sehingga tanah bisa lebih subur. Selain itu, ia menuturkan, dengan konsep tersebut akan memberikan nilai tambah bagi petani dan tidak perlu mengeluarkan biaya membeli pupuk. Dana tersebut bisa dialihkan untuk membeli keperluan lainnya.

Ulus mengatakan dengan menggunakan pupuk bersubsidi maka lahan pertanian akan lebih subur dan memiliki jangka panjang ke depannya. Penggunaan pupuk kandang juga katanya bisa menangkal penyakit tanaman di saat musim hujan. Menurutnya, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Wargi Pangupay yang dikelolanya sudah mengaplikasikan pupuk jenis ini sehingga penggunaan pestisida sedikit demi sedikit dapat dikurangi.

"Dari sekarang kita harus berpindah menggunakan pupuk dari kotoran ternak yang lebih ramah lingkungan," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement