Senin 06 Nov 2017 05:39 WIB

Casmita, Ojek Onthel yang Tersisa di Kota Tua

Rep: farah noersativa/ Red: Budi Raharjo
Casmita, pengojek sepeda onthel.
Foto: Farah Noersativa
Casmita, pengojek sepeda onthel.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Langit Sabtu sore itu berawan menutupi matahari. Awan abu-abu itu juga tampak memayungi orang-orang yang berlalu lalang di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat. Angin pun berembus semilir seperti memberi tanda, hujan akan datang sebentar lagi.

Di antara orang-orang yang berlalu lalang itu, ada seorang laki-laki berkemeja putih dan memakai topi safari biru muda. Ia berdiri di jalan Pintu Besar Utara kawasan Kota Tua, tepatnya di depan Museum Mandiri.

Di sebelahnya, berdiri sebuah sepeda berjenis onthel berwarna biru tua. Ia tampak sedang menunggu seseorang. “Saya ini ojek onthel,” tuturnya saat Republika sapa. Ia lalu berujar sedang menunggu penumpang yang akan menyewa jasa ojek onthe-lnya.

Dengan percaya diri, laki-laki itu tampak berdiri sendiri di samping gerombolan ojek online berjaket hijau. Sementara katanya, dua orang teman pengojeknya sedang mengantarkan penumpang.

Laki-laki itu kemudian memperkenalkan diri. Namanya Casmita. Sudah lebih dari 20 tahun ia bekerja menjual jasa ojek onthel di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat. “Sisa tiga orang aja di sini, yang lainnya udah ngga ngonthel,” tuturnya.

Pria asal Karawang, Jawa Barat ini lalu menceritakan kemana saja ia pernah mengantarkan para penumpangnya. Biasanya, ia  antarkan penumpang ke daerah-daerah seperti Grogol, Kapuk, Cengkareng, Jelambar, di kawasan Jakarta Barat.

Di luar itu, ia pernah antarkan penumpang sampai ke Muara baru, Pluit di Jakarta Utara, dan Gunung Sahari, di Jakarta Pusat. “Dulu jauh-jauh sih,” ucapnya.

Sementara saat ini, Casmita hanya mengantarkan penumpang ke wilayah-wilayah yang masih dekat dengan Kota Tua. Ia mencontohkan seperti ke Pasar Pagi atau ke Mangga Dua. Hal itu ia katakan karena adanya ojek online.

Casmita lalu bercerita, soal turunnya minat masyarakat terhadap ojek onthel saat ini. Menurutnya, hal itu dikarenakan ojek onthel kalah pamor dengan ojek online. “Semenjak ada ojek online jadi berkurang banget pendapatannya,” katanya.

Bapak berumur 47 tahun itu mengatakan, sebelum adanya ojek online, paling tidak dalam sehari ia bisa mengantongi Rp 100 ribu. Namun ketika ojek online ada, pendapatannya paling banyak hanya Rp 50 ribu. “Ngga tentu juga sih, kadang rame kadang sepi,” kata Casmita.

Tarif yang lebih murah, ia katakan, adalah penyebab masyarakat lebih memilih menggunakan ojek online dari pada jasa ojek onthel-nya. “Padahal onthel kan praktis, ngga usah nulis-nulis di handphone,” ujarnya.

Casmita lalu menuturkan, menurunnya minat masyarakat terhadap ojek onthel juga berpengaruh pada jumlah pengojek onthel itu sendiri. “Dulu jumlahnya puluhan, sekarang cuma bertiga aja,” katanya sambil membenahkan letak sepeda onthel-nya.

Sepeda onthel milik Casmita, ia beli pada 1995 setelah beberapa tahun ia menyewa terlebih dahulu untuk ojek onthel. Ia pun bercerita, saat menyewa, ia sempat kehilangan sepeda onthel sewaan itu dua kali. Imbasnya, ia harus mengganti separuh harga dari satu sepeda onthel.

Kapok mengganti, ia pun menabung. Lalu ia berhasil membeli sepeda onthel baru dengan harga Rp 200 ribu di masa itu. Ia mengaku ia membelinya saat ia masih bujang. “(Sepeda onthel) ini ada sampai sekarang anak saya berumur 20 tahun,” tutur bapak beranak satu ini.

Tak heran, ketika ditanya apakah ia akan beralih ke ojek online dan meninggalkan sepedanya, ia langsung mengatakan tidak. “Saya cinta mati sama onthel ini,” katanya.

Menurutnya, dengan tetap menjadi pengojek onthel saat ini, ia turut melestarikan ikon Kota Tua di DKI Jakarta ini. “Khasnya Kota Tua, ya sepeda onthel,” tuturnya sambil menunjuk sebuah papan Kota Tua yang terdapat gambar sepeda onthel, tak jauh dari tempatnya berdiri.

Ia pun berkukuh, soal pengalihan profesi bila memang ojek onthel sudah tidak ada peminatnya lagi. Ia baru akan berpindah profesi bila memang sepeda onthel hanya bisa memberikannya penghasilan kurang dari Rp 20 ribu. “Selama onthel masih memberikan saya kehidupan, saya tak akan tinggalkan onthel,” katanya.

Casmita juga berharap Pemerintah mau memperhatikan nasib para pengojek onthel. Melalui Republika, ia juga berpesan pada masyarakat untuk tetap melestarikan sepeda onthel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement