Kamis 02 Nov 2017 16:40 WIB

Boy Rafli: Gerilya di Papua Dimanfaatkan Paslon Pilkada

Rep: Santi Sopia/ Red: Andri Saubani
Kapolda Papua Inspektur Jenderal Polisi Boy Rafli Amar.
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Kapolda Papua Inspektur Jenderal Polisi Boy Rafli Amar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolda Papua Inspektur Jenderal Polisi Boy Rafli Amar melihat ada motif lain, salah satunya motif politis di balik gerilya pembebasan Papua Barat. Boy melihat kelompok kriminal bersenjata (KKB) berpotensi dimanfaatkan para pasangan calon (paslon) Pilkada Papua.

"Kalau pilkada memang tidak bisa digeneralisasi, tetapi ada indikasi dari hasil penelusuran kita, kelompok-kelompok ini juga dapat dimanfaatkan oleh para paslon untuk meraih dukungan," kata Boy Rafli di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (2/11).

Menurut dia, untuk dampak pilkada, Polri memang fokus pada daerah Tolikara. Sedangkan masalah kekerasan bersenjata, aparat saat ini fokus pada aktivitas yang dilakukan di kawasan Tembagapura, Timika.

"Jadi kita ada fakta-fakta ke arah itu (motif politis), tetapi kalau motif-motif lain yang kita lihat macam-macam, kita lihat minta hak dan sebagainya, sampai dengan isu-isu merdeka seperti itu," kata mantan Kadiv Humas Polri itu.

Boy mengatakan kepolisian juga meminta bantuan kepada personel TNI. Pasukan TNI disebut telah menyiapkan personel yang dibutuhkan untuk mengantisipasi agar tindakan-tindakan yang dilakukan kelompok kriminal bersenjata tidak semakin meluas.

Dia menambahkan, untuk jumlah kelompok bersenjata ini bervariasi, mulai dari 15 hingha 30 orang. Ada kelompok yang disebut Waker dengan generasi penerusnya sekarang sabinus Walker. Estimasi di antara mereka ini ada sekitar 8-15 pucuk senjata.

Ada juga dari kelompok Kwalik, ini adalah keturunan dari Kelly kwalik, di mana senjata mereka juga kurang lebih 15 pucuk senjata. "Bervariasi, mereka ada yang hasil mereka rampas dari petugas, ada yang merupakan hasil mereka mencuri, mereka rata-rata seperti itu sumber daya senjata yang mereka miliki," kata Boy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement