Selasa 31 Oct 2017 17:09 WIB

Penutupan Perlintasan KA Harus Perhatikan Pesepeda

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Gita Amanda
Pengamat transportasi mengatakan penutupan perlintasan mestinya dibarengi dengan penyediaan jalur bagi pengguna sepeda.
Foto: Eric Iskandarsjah/REPUBLIKA
Pengamat transportasi mengatakan penutupan perlintasan mestinya dibarengi dengan penyediaan jalur bagi pengguna sepeda.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Demi meningkatkan keselamatan di perlintasan kereta api (KA), pemerintah pusat mengambil langkah dengan menutup perlintasan KA sebidang yang telah dilengkapi dengan jalan layang atau flyover. Hal itu pun juga dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), salah satunya di perlintasan KA Janti, Catur Tunggal, Sleman.

Namun, rencana itu rupanya membuat pengguna sepeda merasa kesulitan. Hal ini sempat tersebar dalam sebuah video di YouTube yang berisi tentang pesepeda yang kesulitan karena penutupan itu.
 
Pengamat Transportasi sekaligus Chief of Strategy Officer Index Politica, Arum Kusumangingtyas, mengatakan seharusnya penutupan itu dibarengi dengan penyediaan jalur bagi pengguna sepeda. Hal itu sesuai dengan UU No 22/2009 pasal 62 tentang lalu lintas dan angkutan jalan raya yang mengamanatkan agar pemerintah wajib memberikan kemudahan berlalu lintas pagi pesepada. Sebab pesepada berhak atas fasilitas pendukung keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran dalam berlalu lintas.
 
"Artinya, pemerintah hendaknya dalam melakukan rekayasa lalu lintas harus memperteimbangkan akses pejalan kaki dan pesepeda. Hal ini juga tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 3/2014," ujarnya kepada Republika.co.id, Selasa (31/10). Menanggapai rekaman video yang terdapat di YouTube, ia menilai memang perlu kajian lebih lanjut tentang bagaimana solusi bagi pesepeda.
 
Terlebih, lanjutnya, kondisi jaan layang janti cukup padat dan lintasanya panjang. Maka perlu kajian apakah memungkinkan jika jalan layang itu diberikan jaur sepeda. "Atau mungkin pesepeda diberikan jalur khusus sehingga tetap dapat melintas di perlintasan sebidang tersebut," kata perempuan yang sempat mengenyam mendidikan sarajana dan pascasarjana di Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut.
 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement