REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kontak senjata antara Densus 88 Antiteror dan empat orang terduga teroris di Bima, Nusa Tenggara Barat menewaskan dua orang teroris, yakni Amir dan Yaman. Sedangkan dua orang lainnya, Iqbal dan Nandar masih dikejar oleh Densus 88.
Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan, Iqbal dan Nandar melarikan diri di sekitar tempat kejadian kontak senjata, yakni kawasan Gunung Rotr Asakota, tepatnya di gunung Mawu Rite perbatasan Kota Bima dengan Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat.
"Dua orang masih di sekitar gunung itu. Kemungkinan (kabur jauh) tipis ya. Karena itu daerah pegunungan. Mereka pasti bertahan hidup di situ," ujar Setyo di Markas Besar Polri, Jakarta, Senin (31/10).
Usai kontak senjata, Polri mengamankan dua pucuk senjata rakitan berserta sejumlah amunisi. Selain itu, polisi juga mengamankan logistik untuk bertahan hidup para terduga teroris tersebut.
Perlengkapan yang ditemukan berupa baju jaket dan ransel untuk bertahan di hutan. Selain itu, terdapat pula sendok, panci gunting, cutter, pisau, serta sejumlah lauk ikan asin, ikan teri, mie, beras dan obat-obatan. Dengan logistik yang diamankan polisi, diperkirakan para teroris tersebut tidak akan pergi jauh.
Untuk itu, Setyo mengimbau pada para teroris yang merupakan kelompok teroris Jamaah Ansoru Tauhid (JAT) itu untuk menyerahkan diri. "Ya pastilah kita harapkan mereka menyerah. Kemudian menyerahkan diri ke kepolisian setempat, pasti akan diperlakukan baik. Tapi kalau mereka melawan, apa boleh buat," ujarnya.