Senin 30 Oct 2017 14:44 WIB

Zaman Now Masih Banyak yang Minat Jadi Polisi?

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Agus Yulianto
Reza Indragiri Amriel
Foto: NET
Reza Indragiri Amriel

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Munculnya kasus pencatutan nama Kapolri Tito Karnavian untuk menipu, menimbulkan pertanyaan di benak psikolog forensik Reza Indragiri. Ia mempertanyakan, mengapa masyarakat terus berlomba agar bisa menjadi polisi. Padahal, bekerja sebagai polisi penuh dengan tekanan. Apalagi di era demokratisasi saat ini.

"Catut-mencatut nama seperti itu memunculkan pertanyaan, 'mengapa masyarakat terus berlomba-lomba, bahkan siap pat-gulipat, agar bisa menjadi polisi?'," ujar Reza kepada Republika.co.id, Senin (30/10).

Padahal, kata Reza, bekerja sebagai polisi tampaknya kian penuh dengan tekanan. Apalagi di era demokratisasi saat ini, di mana dinamika sosio-politik membuat polisi harus lebih sering masuk ke situasi serba pro-kontra dan rawan politik. Situasi tersebut, menurutnya, berpotensi menjadikan polisi sebagai sasaran pengganti ketika antarpihak berbenturan.

"Itu dugaan yang berbasis studi, lho. Mari bercermin ke fenomena di negara-negara demokratis lainnya," jelas Reza.

Reza menjelaskan, di Amerika Serikat, secara umum terjadi penurunan tajam jumlah orang yang melamar untuk menjadi polisi. Itu, menurutnya, boleh jadi berkaitan dengan temuan survei oleh Pew Research Center tahun 2017.

"Hampir 90 persen polisi yang disurvei menyatakan bekerja sebagai polisi kini terasa lebih berat daripada sebelumnya," tutur dia.

Berdasarkan studi National Police Federation tahun 2107, lanjut Reza, semakin banyak polisi Inggris dan Wales yang ingin agar mereka dipersenjatai secara rutin. Hal itu tak lepas dari situasi keamanan yang mereka rasakan, mereka kian terancam.

"Apabila masyarakat Indonesia, calon pelamar kerja polisi, juga mempersepsi hal yang sama, maka semestinya jumlah peminat kerja sebagai polisi juga akan menurun. Persoalannya, di mana kita bisa mendapatkan data tentang naik-turunnya jumlah masyarakat yang melamar pekerjaan sebagai polisi?" kata Reza.

Ia menambahkan, andai jumlah peminat polisi di Indonesia juga menurun, itu adalah hal yang wajar. Kita pun, menurut Reza, pantas berharap, mereka yang terus ingin menjadi polisi dalam situasi serba sulit ini adalah 'best of the best'.

Atau, kata dia, bisa jadi sebaliknya. Betapa pun keadaan terus morat-marit, tetapi jika jumlah pelaar tetap atau bahkan meninggi, institusi Polri perlu memperketat sekian kali lipat sistem seleksi dan perekrutannya.

"Toh, dalam ungkapan elegan, kita tentu tidak ingin masyarakat yang antusias menjadi polisi adalah mereka yang sejatnya sudah punya ancang-ancang untuk mencari 'kemudahan pribadi' dalam situasi yang semakin penuh tantangan," ujar dia.

"Silakan tanya ke para calon polisi zaman now," tambah Reza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement