Senin 30 Oct 2017 08:39 WIB

Nasionalisme Pemuda Milenial

Pemuda (ilustrasi)
Foto:

Tantangan pemuda Indonesia

Salah satu tantangan di hadapan mata yang dihadapi para pemuda dan bangsa ini adalah globalisasi dan konsumerisme yang bergerak begitu cepat serta dampaknya bergitu serius. Perlu diingat bahwa globalisasi, kapitalisme, dan konsumerisme bukanlah agenda atau proyek global yang tanpa nilai dan kepentingan.

Globalisasi, kapitalisme, dan konsumerisme adalah proyek global yang dirancang dan dijalankan secara matang, terstruktur, dan sistematis oleh negara-negara industri maju (kapitalis) untuk menata sistem kehidupan global ini menjadi seragam sesuai dengan nilai, ideologi, dan kepentingan mereka. Konsekuensi dari rancangan global tersebut tentu saja akan berdampak pada hilangnya berbagai kearifan lokal dan beragaman budaya lokal. Dan efek dominonya, akan berdampak pada nasionalisme bangsa.

Homogenisasi budaya yang dirancang dan disemburkan melalui globalisasi, kapitalisme, dan konsumerisme semakin merombak tata laku dan pola perilaku budaya masyarakat (lokal). Keseragaman juga telah menimbulkan kekacauan dan hilangnya identitas sosio-kultural di tingkat masyarakat. Identitas sosio-kultural masyarakat semakin tergerus seiring dengan kuat dan gencarnya penetrasi budaya global (Barat).

Contoh yang paling sederhana dalam masalah perilaku dan budaya makan. Masyarakat kita sudah gandrung dengan pola makan instan ala Barat. Budaya serbainstan juga merembet pada aspek kehidupan yang lain di kalangan kaum muda-mudi. Gaya hidup, norma, nilai, adat dan kebiasaan, keyakinan agama, pola kehidupan keluarga, cara produksi, dan konsumsi masyarakat pribumi rusak akibat penetrasi dan homogenisasi kultur Barat (Sztompka, 2004:108).

Memperkuat imunitas nasionalisme

Globalisasi adalah sebuah keniscayaan. Namun demikian, sebagai bangsa yang memiliki nilai dan ideologi Pancasila, para pemuda kita mesti berfikir dan bertindak kritis. Salah satu yang penting dalam merespons dampak globalisasi adalah membangun dan memperkuat imunitas nasionalisme kita di kalangan pemuda. Kita sekarang sedang menghadap 'perang asimetris' melalui teknologi informasi dan komunikasi. Kita sangat membutuhkan sikap nasionalisme genuine, bukan kepura-puraan yang sarat dengan pencitraan.

Membangun imunitas nasionalisme pemuda dengan cara menyuntikkan 'virus kekebalan' ke setiap tubuh pribadi-pribadi anak bangsa. Salah satunya adalah membudayakan sikap mencintai Indonesia seutuhnya. Contoh sederhana; cintailah produk-produk dalam negeri”.

Pada saat yang sama kita butuh masinis-masinis unggul; bangsa ini membutuhkan pemuda-pemudi yang memiliki nasionalisme organik, yakni nasionalisme pemuda yang autentik, genuin yang lahir dari prosess sejarah dan rahim rakyatnya, merasakan penderitaan Ibu Pertiwi.

Para pemuda yang mampu merasakan emosi, semangat dan apa yang dirasakan rakyat Indonesia, memihak kepada mereka dan mengungkapkan apa yang dialami dan kecenderungan-kecenderungan objektif masyarakat. Pemuda yang memiliki ketegasan dan keberanian untuk melawan setiap upaya dari pihak manapun yang akan merongrong dan menghancurkan kedaulatan nasional.

Para pemuda berjiwa nasionalisme autentik ini diharapkan akan dapat membangun kembali nasionalisme baru Indonesia menuju negara yang maju, mandiri, dan berdaulat. Inilah pekerjaan rumah kita sekarang dan akan datang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement