Senin 30 Oct 2017 07:43 WIB

Kota Bandar Lampung Segera Miliki 11 Jembatan Layang

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Endro Yuwanto
Suasana pintu gerbang Terminal Induk Rajabasa, Kota Bandar Lampung. (Mursalin Yasland/Republika)
Foto: Mursalin Yasland/Republika
Suasana pintu gerbang Terminal Induk Rajabasa, Kota Bandar Lampung. (Mursalin Yasland/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID,  BANDAR LAMPUNG -- Setelah terdapat lima jembatan layang (fly over) dan tiga jembatan sedang dalam pembangunan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung berencana akan menambah tiga jembatan layang lagi. Pemkot mengklaim pembangunan 11 jembatan layang dapat mengatasi kemacetan arus lalu lintas di dalam kota.

Pemkot Bandar Lampung mulai melakukan studi kelayakan pembangunan tiga jembatan layang. Tiga wilayah yang menjadi titik pembangunan, yakni di Simpang Empat Jalan Cut Nyak Dien Tamin KH Agus Salim, Jalan Untung Suropati RA Basyid, Jalan Kapten Abdul Haq H Komarudin.

"Tiga fly over tersebut masuk dalam tahap perencanaan," kata Sekretaris Kota (Sekkot) Bandar Lampung Badri Tamam, Senin (30/10).

Menurut Badri, ketiga jembatan layang tersebut sedang memasuki proses ke konsultan perencanaan dari LPSE Bandar Lampung. Badri mengatakan, ketiganya masuk tahap perencanaan pembangunan kemudian diketahui layak atau tidak, lalu akan dianggarkan.

Pemkot saat ini masih konsentrasi menyelesaikan tiga jembatan layang yang diperkirakan akhir tahun ini selesai. Ketiga jembatan layang tersebut, yakni depan Mal Boemi Kedaton (Jalan Teukur Umar Jalan ZA Pagaralam), Kemiling (Jalan Teuku Cik Ditiro Jalan Pramuka), dan Rajabasa (Jalan Pramuka Terminal Rajabasa). Progres pembangunan masing-masing jembatan sudah lebih dari 50 persen.

Mengenai anggaran, Pemkot Bandar Lampung belum mau menjelasakan. Namun, Badri menyatakan menggunakan dana APBD. Menurut dia, pemkot tidak boleh lagi meminjam dari pihak ketiga.

IB Ilham Malik, dosen Teknik Sipil Universitas Bandar Lampung dalam sebuah tulisannya di media sosial menyebutkan, pembangunan jembatan layang tetap diperlukan dengan tujuan untuk mengurangi pertemuan sebidang yang berdampak pada hambatan lalu lintas yang akhirnya menimbulkan kemacetan.

Menurut Ilham, mungkin bagi sebagian orang, membangun jembatan layang tidak diperlukan. Alasannya, untuk mengurai kemacetan maka langkah yang harus dilakukan adalah dengan membangun sistem angkutan umum massal.

"Menurut saya, hanya saja, ada fakta-fakta di lapangan yang tidak bisa dimungkiri keberadaannya yaitu adanya jumlah kendaraan yang sudah kadung banyak dan adanya persimpangan-persimpangan sebidang (sesama jalan raya maupun antara jalan raya dan jalan rel)," kata Ilham.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement