Ahad 29 Oct 2017 19:50 WIB

Menumbuhkan Cinta Kuda Lumping di Kalangan Pemuda

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Kuda Lumping
Kuda Lumping

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Dewan Kesenian Kabupaten Semarang (DKKS) punya kiat tersendiri untuk melestarikan ragam kesenian kuda lumping, kepada kalangan generasi muda yang ada di daerahnya. Wadah pegiat seni dan kebudayaan di Kabupaten Semarang ini, menggelar Festival dan Lomba Melukis Kuda Lumping, yang dihelat selama dua hari, Sabtu 28 Oktober 2017 hingga Ahad 29 Oktober 2017.

"Mengambil momentum Hari Sumpah Pemuda, kegiatan ini kami gelar guna menumbuhkan semangat cinta kesenian serta budaya yang ada di daerahnya, kepada kalangan pemuda," ungkap Ketua DKKS, Sarwoto Ndower, Ahad (29/10).

Sedikitnya 34 perkumpulan/ paguyuban seni kuda lumping dari 19 kecamatan yang ada di Kabupaten Semarang ambil bagiandalam kegiatan yang digelar di lapangan Tlogo, Kecamatan Tuntang ini.

Menurutnya, kesenian kuda lumping di wilayah Kabupaten Semarang masih cukup banyak. Tiap kecamatan yang ada didaerah ini memiliki perkumpulan/ paguyuban pegiat kesenian ini. Sayangnya, sejumlah kecamatan belum menggarapnya dengan optimal.

Karena itu, DKKS memiliki tanggung jawab moral untuk ikut peduli dan membina kesenian ini. Sehingga kesenian kuda lumping ini dapat lestari dan tetap akrab dengan kalangan generasi muda. "Itu salah satu tugas kami, melakukan pendampingan berkelanjutan agar kesenian ini bisa langgeng," katanya.

Masih dalam rangka mengoptimalkan potensi kesenian kuda lumping ini, lanjut Sarwoto, DKKS dalam waktu dekat akan menggelar workshop yang khusus mengupas tentang kesenian kuda lumping di daerahnya.

Gagasan itu sebagai tindak lanjut dari Festival dan Lomba Melukis Kuda Lumping ini. Melalui workshop ini, DKKS hendak menyeragamkan gerakan serta gamelan pengiring seni kuda lumping khas Kabupaten Semarang tersebut.

Selama ini, masing- masing pegiat kesenian ini memiliki gerakan serta gamelan pengiring yang berbeda- beda. Misalnya gamelan yang lengkap hingga yang sederhana atau dalam hal gerakan ada yang kayavariasi maupun gerakan standar.

"Karena itu butuh acuan standar dalam hal wirasa (rasa), wirama (irama) dan wiraga (gerakan). Kami punya mimpi, kalau keseragaman tersebut bisa diwujudkan, bukan tidak mungkin bisa memperkuat kesenian ini," lanjutnya.

Bahkan dengan patokan rekomendasi yang sudah disepakati, pihaknya yakin peguyuban seni kuda lumping di Bumi Serasi bisa tampil maksimal menghibur di beberapa tempat tujuan wisata yang ada di Kabupaten Semarang.

"Kami juga akan mendorong instansi terkait agar membuat kalender kegiatan di sejumlah tempat wisata, sehingga kelompok dan paguyuban seni tradisi di Kabupaten Semarang bisa terakomodir," tambahnya.

Wakil Bupati Semarang, Ngesti Nugraha mengaku sepakat dengan keinginan DKKS ini. Menurutnya, banyaknya perkumpulan kuda lumping di Kabupaten Semarang harus bisa memperkuat agenda wisata budaya daerah ini.

"Sehingga para pegiat kesenian ini mampu berkontribusi bagi pengembangan pariwisata di Kabupaten Semarang. Tujuannya agar kelompok seni kuda lumping kembali bersemangat dalam berkarya dan berkesenian," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement