Kamis 26 Oct 2017 17:51 WIB

Cerita Wapres yang Pernah Terhambat di Bandara Los Angeles

Wapres RI Jusuf Kalla.
Foto: VOA
Wapres RI Jusuf Kalla.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pesawat yang ditumpangi Wakil Presiden Jusuf Kalla dan rombongan saat transit di Los Angeles (LA), Amerika Serikat, menuju Lima, Peru sempat dilarang terbang karena masalah administrasi seperti yang dialami Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Kalla menceritakan peristiwa ini kepada wartawan di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (26/10).

"Saya juga pernah terjadi seperti itu, siapa yang ikut ke Peru? Waktu saya naik pesawat ke Peru, nah itu ada, waktu di LA, ditahan pesawat sejam dengan alasan ada penumpang yang tidak clear, ada staf terpaksa tengah malam telepon Washington, kenapa dua orang ini? Ternyata administrasi itu," kata JK di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Kamis.

Cerita Wapres tentang perjalanan menuju KTT APEC di Lima, Peru, November 2016 lalu tersebut disampaikan untuk menanggapi permintaan maaf resmi pemerintah AS melalui Kedutaan Besar AS di Indonesia pada Rabu (25/10). Permintaan pemerintah AS disampaikan terkait insiden batalnya kunjungan Pagnlima TNI ke AS karena kesalahan administrasi. Melalui cerita tersebut, Wapres hendak menggambarkan kelemahan sistem administrasi AS terkait izin masuk warga negara asing ke negaranya yang bisa dialami semua orang, bahkan seorang wakil presiden sekalipun.

Sebelumnya pada Sabtu (21/10), Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo batal berangkat ke Washington DC, AS, dengan menumpang Maskapai Emirates, karena ada larangan masuk ke negeri tersebut dari Departemen Bea Cukai dan Keamanan Perbatasan AS. Padahal, Gatot akan hadir sebagai wakil pemerintah Indonesia untuk memenuhi undangan Kepala Staf Gabungan Militer AS Jenderal Joseph Dunford dalam konferensi keamanan dari aksi ekstremisme.

"Pesawat saya, saya sendiri tertahan. Apa boleh buat, sudah di pesawat pun sejam tidak bisa berangkat, jadi ini komputer masuk salah, ya keluar salah," ungkap Kalla.

Menurut Wapres, setelah Pemerintah AS meminta maaf secara resmi sudah seharusnya Indonesia memberikan maaf, terlebih lagi selama ini AS dikenal sebagai negara yang cukup sulit mengakui kesalahan. "Ya, namanya juga buatan manusia, lagian sudah minta maaf berkali-kali, jadi negara sebesar Amerika itu yang agak sombong itu, minta maaf itu kalau perlu betul, ya minta maaf agak mahal, dan itu sudah meminta maaf ya sudah. Menurut saya, perdebatannya sudah, ujung-ujungnya sudah minta maaf," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement