REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Tingginya harga beras di pasaran menyebabkan upaya pencapaian target penyerapan beras oleh Bulog Sub Divre Banyumas sulit terpenuhi. Kepala Sub Divre Banyumas, Setyo Wastono memperkirakan, hingga akhir tahun 2017, pihaknya paling banyak hanya bisa melakukan penyerapan sebanyak 80 persen dari target.
''Meski pun kami sudah membeli beras hasil petani dengan harga Rp 8.030. Tapi harga beras di pasaran saat ini, sudah jauh di atas harga itu,'' kata dia, Kamis (26/10).
Meski demikian, dia menyebutkan, sampai saat ini masih tetap ada beras yang masuk ke gudang Bulog dari mitra-mitra Bulog yang sudah terikat kontrak. Namun dia mengakui, jumlahnya tidak terlalu besar. ''Paling tidak, dengan masih adanya beras yang masuk, target penyerapan beras yang dibeli dengan harga fleksibilitas akan bisa terpenuhi,'' jelasnya.
Setyo menyebutkan, pada tahun 2017 ini, Bulog Subdivre Banyumas mendapat target untuk melakukan pembelian beras hasil panen petani sebanyak 95 ribu ton. Dari target tersebut, Setyo menyebutkan pembelian beras yang dilakukan sudah mencapai sekitar 60 persen.
Sedangkan dari target penyerapan 95 ribu ton tersebut, Bulog Subdivre Banyumas mendapat target penyerapan beras yang dibeli dengan harga Rp 8.030 sebanyak 20 ribu ton.
''Untuk target yang 20 ribu ton ini, Bulog Banyumas sudah melakukan penyerapan sebanyak 12 ribu ton. Dengan demikian masih kurang 8.000 ton,'' jelasnya.
Kekurangan inilah, yang menurut Setyo, akan digenjot pembeliannya hingga akhir tahun. Masalah tidak maksimalnya penyerapan beras oleh Bulog ini, diakui Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian Momon Rusmono, terjadi di hampir semua Bulog Sub Divre di Jawa Tengah. ''Justru untuk Sub Divre Banyumas, agak lebih baik karena sampai sekarang masih ada sawah yang panen meski pun tidak banyak,'' katanya.
Advertisement