Rabu 25 Oct 2017 08:55 WIB

Persaingan Dua Kader NU di Pilgub Jatim

Logo NU. Ilustrasi
Logo NU. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Umar Mukhtar dan Fauziah Mursid

Pilkada Serentak Jawa Timur (Jatim) 2018 untuk memilih gubernur dan wakil gubernur masih sekitar delapan bulan lagi. Tapi, keriuhannya sudah mulai terasa saat ini. Ini karena para bakal calon (balon) merupakan orang-orang terkenal yang menjadi tokoh nasional dan juga berlatar belakang warga Nahdlatul Ulama (NU) atau Nahdliyin yang merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia juga sangat berpengaruh di Jatim.

Bahkan, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), belum lama ini, memprediksi pelaksanaan Pilkada Jatim akan sangat menarik. "Kalau bicara Jatim, ini menarik, NU sama NU. Jadi, nanti persaingannya betul-betul head to head," kata JK, pekan lalu.

Saat ini, calon yang sudah melakukan deklarasi untuk maju, yaitu pasangan Saifullah Yusuf yang saat ini menjabat wakil gubernur Jatim dan Abdullah Azwar Anas (bupati Banyuwangi) yang didukung PDIP dan PKB. Sedangkan, saingan keduanya yang digadang oleh Partai Golkar, Khofifah Indar Parawansa, saat ini menjabat sebagai ketua umum Muslimat NU yang merupakan organisasi perempuan NU.

PKB yang berlatar belakang Nahdliyin sudah mantap mendukung Saifullah Yusuf (Gus Ipul)-Abdullah Azwar Anas. Pilihan ini tak lepas dari rekam jejak Khofifah yang sudah dua kali kalah pada Pilkada Jatim 2008 dan 2013. Bahkan, pada Pilkada 2013 Khofifah diusung oleh PKB.

Khofifah pada waktu itu dikalahkan Soekarwo-Gus Ipul yang diusung oleh sejumlah partai nasionalis dan partai Islam, seperti PKS.

Menurut Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar, dua kali kekalahan Khofifah membawa efek buruk bagi warga Nahdliyin Jawa Timur. “Warga NU pecah. Satu sama lain saling curiga, bermusuhan. Sebab, Khofifah dan Gus Ipul sama-sama representasi dari NU,” kata Muhaimin.

Bahkan, Muhaimin pada tahun ini pernah meminta keluarga besar NU bersatu agar Khofifah tak maju dalam Pilkada Jatim. "Ya, silahkan aja, itu nggak ada masalah. Itu hak demokrasi dia. Tapi, tugas saya, pimpinan politik NU, tentu berharap keluarga besar NU bersatu, supaya Bu Khofifah tidak perlu maju,” kata Muhaimin.

Dalam pilkada Jatim kali ini, PKB mengusung Gus Ipul. Pilihan ke Gus Ipul yang kini menjabat wakil gubernur Jatim tidak lepas dari desakan sejumlah kiai NU. “Gantian sekarang kita usung Gus Ipul,” kata Muhaimin.

Berbeda dengan PKB yang sudah mantap mendukung Gus Ipul-Azwar Anas, PPP yang juga berbasis Nahdliyin justru untuk Pilkada Jatim 2018 cenderung mendukung Khofifah. Tapi, bukan berarti kecenderungan ini tak lepas dari perbedaan di akar rumput PPP.

"Ada juga yang menginginkan kita ke Gus Ipul, tetapi kalau kita bicara daerah basis, seperti Madura dan lain-lain, lebih menghendaki ke Khofifah. Nah, ini yang harus kami timbang-timbang, masalahnya posisi hari ini kalau ibarat timbangan lebih berat ke Khofifah," kata Arsul.

Arsul mengatakan, dukungan kepada Khofifah juga atas permintaan Khofifah kepada PPP sebagai salah satu partai Islam berbasis Nahdliyin di Jawa Timur. "Khofifah memang meminta dukungan dari PPP karena bagaimanapun di Jatim itu PPP juga partai Nahdliyin, kalau PKB sebagai partai Nahdliyin sudah ke Gus Ipul kan, Bu khofifah juga menginginkan untuk menunjukkan juga bahwa dia didukung oleh partai berbasis Nahdliyin," ujar Anggota Komisi III DPR tersebut.

Baik Gus Ipul-Azwar Anas yang sudah deklarasi maju maupun Khofifah yang masih dalam proses, keduanya sama-sama berebut dukungan pengaruh NU, baik kiai maupun warga Nahdliyin. Sekjen PKB Abdul Kadir Karding menjelaskan, dukungan dari para kiai di Jatim cenderung memilih Gus Ipul untuk maju menjadi calon gubernur. Oleh karenanya, PKB mengikuti keinginan dari para kiai tersebut.

Pada pekan lalu Forum Komunikasi Kiai Kampung Jawa Timur (FK3JT) mendukung Gus Ipul -Azwar Anas agar bisa memenangi Pilkada Jatim 2018. Pasangan yang diusung PKB dan PDIP ini dinilai merepresentasikan warga Jawa Timur.

"Dukungan kami berikan karena Gus Ipul kader NU tulen," kata Sekretaris Forum Komunikasi Kiai Kampung Jawa Timur KH Islahul Hidayat di Pasuruan.

Selain itu, sebanyak 4.444 nyai pengasuh pondok pesantren, mubaligah, tokoh penggerak, dan aktivis perempuan NU berikrar mendukung Gus Ipul. Nyai NU mengaku berkomitmen dan bersiap memenangkan Gus Ipul sekaligus mengantarnya sebagai gubernur.

Nyai Juwariyah Fawaid dari PP Salafiyah Syafii Sukorejo mengatakan, NU harus tetap menjaga kebersamaan dan kekompakan demi kemaslahatan umat. Mereka sepakat dengan para kiai dan pengasuh ponpes bahwa kader NU harus mampu berbagi peran dalam jabatan politik, baik di legislatif, eksekutif, maupun jabatan-jabatan strategis di pemerintah pusat maupun daerah.

"Dalam kaitan itu, kami sejalan dengan keputusan para kiai dan pengasuh pesantren di Jatim untuk mendukung dan memercayakan sepenuhnya kepada Gus Ipul menjadi calon gubernur dalam Pilkada 2018," kata Nyai Juwariyah.

Sedangkan, Khofifah juga tak main-main soal dukungan kiai ini. Khofifah mengaku, telah bersilaturahim dengan para kiai di Jawa Timur terkait rencananya. Para kiai tersebut mulai dari wilayah Mataraman, Tapal Kuda, hingga Madura.

"Para kiai sepuh, terutama dari yang pojok barat, pojok timur, alhamdulilah itu pada rawuh, dari Pacitan dan area Mataraman, kemudian dari Tuban daerah Arek, kemudian Madura, dan kemudian dari pantura, termasuk dari Banyuwangi, Situbondo, Jember juga rawuh," ujar Khofifah, Selasa (17/10).

Menurut Khofifah, para kiai juga memberi dukungan kuat dan siap berikhtiar bersama-sama dengan Menteri Sosial tersebut. Salah satunya, para kiai tersebut dengan membentuk Tim Sembilan yang dipimpin Sholahuddin Wahid (Gus Sholah).

Khofifah mengatakan, Tim Sembilan tersebut terdiri atas 18 orang kiai, di antaranya, KH Asep Saifudin Chalim; KH Mas Mansur dari Surabaya; KH Afifudin Muhajir dari Situbondo; KH Suyuti Toha dari Banyuwangi; pengasuh pesantren Darussalam, Banyuwangi, KH Hisyam Syafaat; KH Yusuf Nuris atau Gus Yus dari Banyuwangi, KH Mahfud dari Gresik; KH Yazid Karimulloh dari Jember, KH Mas Mansur dari Surabaya, KH Muchtam Muchtar dari Sumenep.

Tim Sembilan tersebut, lanjut Khofifah, memang dikhususkan untuk dimintai pendapat guna mencari sosok pendamping Khofifah di Pilkada Jatim. "Saya kemudian minta pendapat secara terbatas dari Tim Sembilan ini. Intinya adalah kalau nanti akan mencari calon wakil gitu diminta oleh para kiai, aliansi, santri-nasionalis, gitu," ujar Khofifah.

(Rizky Jaramaya, Editor: Muhammad Hafil).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement