Sabtu 21 Oct 2017 04:47 WIB

Kisah Muqorib dan Aspal Plastik di Jalan Bekasi

Rep: Dea alvi Soraya/ Red: Joko Sadewo
Sejumlah pekerja melakukan pengaspalan jalan bercampur limbah plastik, di Jalan Sultan Agung, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (16/9). Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) melakukan penerapan uji coba pengaspalan jalan raya itu sebagai lokasi kedua infrastruktur jalan yang menggunakan aspal bercampur limbah plastik sepanjang 300 meter, guna mengatasi permasalahan limbah plastik di Indonesia.
Foto: ANTARA/Risky Andrianto
Sejumlah pekerja melakukan pengaspalan jalan bercampur limbah plastik, di Jalan Sultan Agung, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (16/9). Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) melakukan penerapan uji coba pengaspalan jalan raya itu sebagai lokasi kedua infrastruktur jalan yang menggunakan aspal bercampur limbah plastik sepanjang 300 meter, guna mengatasi permasalahan limbah plastik di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, Siang itu, kendaraan dari arah Bekasi menuju Jakarta sibuk melawan kemacetan di Jalan Sultan Agung yang menghubungkan Bekasi dan Jakarta Timur. Kendaraan roda dua hingga roda empat melontarkan suara demi mengingatkan angkutan kota (Angkot) yang seenaknya berhenti di bahu jalan dan menimbulkan kemacetan yang cukup panjang.

Sekilas tak ada yang aneh dengan kepadatan di jalan tersebut, sama sibuknya dengan jalan-jalan protokol lain diKota Bekasi seperti Jalan Juanda, Ahmad Yani dan Noer Ali. Namun jika ditelisik, Jalan Sultan Agung adalah jalan yang dijadikan objek uji coba penggunaan aspal dengan campuran bahan limbah plastik yang pengerjaannya telah dilakukan sejak Agustus lalu. 

Sebelum dilapisi aspal plastik, Jalan Sultan Agung tepatnya setelah Flyover Kranji adalah jalur yang rawan kecelakaan karena struktur jalan yang sedikit bergelombang dan berlubang di beberapa sisi jalan. Muqorib, adalah salah satu contoh pengendara yang bernasib naas saat melewati Jalan SultanAgung.

Pria berumur 31 tahun tersebut terpaksa harus terus menggunakan tongkat seumur hidupnya karena kecelakaan yang membuat kaki kanannya tak lagi dapat berfungsi. Muqorib mengalami kecelakaan sekitar dua tahun lalu, tepatnya saat dia sedang arah pulang dari bekasi menuju kediamannya di daerah Pondok Ungu,Medan Satria, Kota Bekasi. 

Saat ditemui Republika di kediamannya, Muqorib kembali mengingat kenangan buruk yang membuatnya lumpuh saat ini. Mata sayunya mulai menerawang, bibirnya mulai bergerak menceritakan peristiwa naas itu bermula saat dirinya sedang dalam kondisi terburu-buru dan mengharuskan dirinya melaju sepeda motor dengan kecepatan tinggi.

Saat melewati puncak fly over Kranji, ditambah kurangnya pencahayaan, roda sepeda motor Muqorib tidak dapat dikendalikan karena sempat terangkat saat dia melalui jalur dengan kontur jalan yang bergelombang. Muqorib yang panik karena terpental akhirnya jatuh dan terseret sekitar dua meter.

"Setelah jatuh saya langsung pingsan, bangun-bangun sudah di rumah sakit, kata Muqorib sambil mengelus kaki kanannya yang kini telah mati rasa."

Akibat kecelakaan itu, Muqorib harus belajar mengendarai mobil dengan kaki kiri (kidal), mengingat dia tak lagi dapat mengendarai sepeda motor. Meskipun begitu, pria yang kesehariannya bekerja sebagai guru agama di Yayasan Assalafiah, Kota Bekasi ini tak kenal putus asa dan sengaja memodifikasi sepeda motornya agar dia dapat bekerja tanpa harus mengendarai mobil, mengingat jalan-jalan di Kota Bekasi yang tak lepas dari kata macet. 

Saya modifikasi motor jadi roda tiga, jadi saya tidak perlu menurunkan kaki. Selain itu motor itu matic jadi hanya perlu menggunakan tangansaja, kata dia sambil tersenyum. 

Saat ditanya mengenai tanggapan tentang penerapan aspal plastik di Jalan Sultan Agung, tepat di tempat kejadian yang melumpuhkan kakinya, Muqorib sangat mengapresiasi dan bersyukur.

Menurut dia, saat ini struktur jalan terasa lebih halus dibandingkan jalan yang tidak dilapisi aspal plastik. Dia juga mengatakan tidak lagi takut saat melintasi jalan sultan agung meskipun dia mengaku masih sedikit mengurangi kecepatan saat melintasi lokasi kecelakaannya dua tahun silam. 

Bagi Muqorib dan warga Bekasi, kini Jalan Sultan Agung jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Tak lagi ada lubang dan kontur jalan yang bergelombang, semuanya telah digantikan dengan jalan mulus dan halus yang terbentang meskipun hanya sepanjang dua kilometer saja.

Selain itu, meski musim penghujan telah tiba dan jalan sultan agung kerap dilewati truk container atau truk bermuatan besar lainnya, kontur jalan Sultan Agung tidak menunjukkan perubahan apapun sejak diresmikan sekitar dua bulan lalu. 

Menurut uji laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian PUPR, hal ini disebabkan aspal plastik mampu menahan gempuran air yang selama ini membuat jalan rentan rusak. Ketahanan terhadap air, serta stabilitas keawetan aspal plastik dinyatakan lebih tinggi dibandingkan aspal tanpa plastik. 

Sejatinya pemanfaatan limbah plastik sebagai bahan material pembuatan infrastruktur seperti aspal bukanlah temuan baru, karena negara tetangga seperti Jepang dan India telah lama menggunakan limbah plastik sebagai bahan campuran aspal. Meski tujuan awal diterapkannya aspal plastik adalahuntuk mengurangi total sampah plastik di Indonesia yang meningkat dari tahun ketahun. 

Berdasarkan penelitian Badan Penelitian dan Perkembangan (Balitbang) Kementerian PUPR, 9,52 juta ton limbah plastik diprediksikan dapat diolah menjadi aspal sepanjang 190 ribu kilometer, dengan penggunaan dua hingga lima ton plastik perkilometer, dengan biaya tambahan lebih banyak sekitar satu hingga dua persendibandingkan aspal tanpa plastik. 

Aspal plastik yang diterapkan di Jalan Sultan Agung sendiri memiliki panjang sekitar 2 kilometer dengan lebar 14 meter, dan biaya yang dibutuhkanhanya senilai Rp 1,5 miliar untuk satu kali lapisan dengan ketebalan 4sentimeter dengan tingkat stabilitas 40 persen. Jika menggunakan aspal tanpa plastik, pengaspalan harus dilakukan berulang kali untuk mencapai stabilitas yang memadai dan tentunya menghabiskan dana yang lebih tinggi. 

Berdasarkan hasil kajian Balitbang Kementrian PUPR pada 2017,campuran beraspal panas dengan bahan tambah limbah plastik menunjukkan peningkatan nilai stabilitas Marshall sebesar 40 persen dan lebih tahan terhadap deformasi dan retak lelah pada kadar limbah plastik tertentu dibandingkan dengan campuran beraspal panas standar. 

Pembangunan jalanmenggunakan plastik sendiri dilakukan dengan pencampuran sampah plastik dan aspal dengan porsi sampah 10 persen dan aspal 90 persen. Sebelum diterapkan di Bekasi, aspal diimplementasikan perdana di area Universitas Udayana, Bali, dan Jalan Raya Sri Ratu Mahendradatta, pada 28dan 29 Juli 2017, dengan total panjang jalan sepanjang 700 meter.

Uji coba aspal plastik itu dilakukan untuk mengetahui seberapa tinggi daya tahan dan kuatnya daya rekat aspal, dengan dana yang dibutuhkan sekitar Rp 600 juta untuk mengaspal jalan sepanjang 700 meter. 

Penerapan aspal plastik juga akan dilakukan di beberapa wilayah lain, seperti jalan tol Tangerang-Merak yang rencananya akan menjadi jalan tol pertama yang menerapkan jalan yang dilapisi aspal plastik. Penerapan aspalplastik, menurut staff humas PT Marga Mandalasakti Asri, rencananya akan dilakukan pada November 2017 nanti. Bahan pengaspalan sendiri, kata Asri akan dikirimkan langsung oleh Balai Teknologi Polymer. Pelapisan aspal sendiri rencananya akan dilakukan di bagian akses jalan tol dan rest area.

Selain itu, pemerintah juga memiliki rencana aksi nasional untuk mengurangi limbah plastik hingga 70 persen yang akan dilakukan secara berkala hingga 2025 mendatang. Maka pemanfaatan limbah plastik menjadi bahan campuran aspal ini, tentu dapat dijadikan solusi sekaligus awal dari aksi nasional mereduksi sampah plastik tersebut. 

Pemerintah nantinya juga akan melibatkanpihak ketiga untuk menyukseskan aksi ini, seperti Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI). Beberapa waktu lalu, Deputi Bidang Sumberdaya Manusia,IPTEK, dan Budaya Maritim, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Safri Burhanuddin mengatakan akan menerapakan jalan aspal plastik di 16 kota dengan limbah sampah yang dipasok beberapa sumber, termasuk ADUPI. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement