REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli tata kota Yayat Supriyatna mempertanyakan model kerja pemimpin baru DKI Jakarta Anies Baswedan-Sandiaga Uno. "Gubernur baru mau main cepat atau aman," kata dia dalam diksusi berjudul Pemimpin Baru Jakarta, di Jakarta, Sabtu (14/10).
Yayat mengatakan apabila Anies-Sandi ingin main aman, maka cukup mengikuti panduan dokumen teknokratis. Menurutnya, dokumen itu disusun berdasarkan acuan rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD).
Artinya, apabila Anies-Sandi main aman atau normatif, maka segalanya mengacu pada Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). Sehingga, ia mengatakan permasalahan Anies-Sandi memimpin DKI Jakarta, berbeda dengan kepemimpinan Ahok-Djarot.
Yayat mengatakan Ahok memimpin mengacu pada ABPD dan dana nonbudgeter (dana di luar ruangan). Ia beranggapan, Ahok mamahami permasalahan kebutuhan DKI Jakarta tak bisa diatasi APBD.
Yayat mempertanyakan sejauh mana Anies-Sandi menggunakan peraturan membangun DKI Jakarta. Sebab, selama ini Ahok-Djarot menggunakan model inovatif. Ia mencontohkan Pemprov DKI Jakarta mengalokasikan anggaran Rp 420 miliar membangun Simpang Susun Semanggi.
Namun, menurutnya, pembangunan hanya menelan anggaran sekitar Rp 200 miliar. Pemprov DKI Jakarta menggunakan sisa angaran itu membangun pedestrian di sejumlah titik. "Kalau Ahok kan tak terima uang, tapi terima produk, bisa bus (armada Transjakarta), ruang terbuka hijau. Itu kan tak ada di RKPD," tutur Yayat.
Ia mengingatkan semua orang sepakat, kecepatan adalah keinginan orang Jakarta. Sehingga, ia mempertanyakan terobosan apa yang dilakukan Anies-Sandi. "Apakah gubernur yang akan datang mengacu ke pendekatan normatif atau inovatif, DPRD yang akan bantu," ujar dia.