REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Dengan mengoptimalkan potensi lahan rawa lebak sebagai areal persawahan, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) akan menjadi salah satu daerah penghasil beras terbesar di Indonesia.
"Kami yakin Sumatera Selatan ke depan masuk daerah tiga besar penghasil beras di Indonesia dengan mengoptimalkan produksi padi dari lahan rawa lebak yang luasnya hampir mencapai 500.000 hektare," katanya saat menghadiri panen padi lahan rawa lebak di Desa Pelabuhan Dalam Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir (OI), Kamis (12/10).
Menurut Amran Sulaiman, dalam tiga tahun ke depan pemerintah akan meningkatkan pemanfaatan lahan rawa lebak di Sumsel dengan luasnya mencapai 483 ribu hektare.
Amran Sulaiman menceritakan, tahun lalu dirinya berkunjung ke Sumsel dan melihat genangan air di rawa lebak dengan luas sekitar 500.000 hektar. "Saya minta kepada kepala dinas, bupati dan Gubernur Sumatera Selatan, kami melakukan sinergi. Saya sampaikan mari kita hidupkan lahan rawa lebak dan Alhamdulillah mendapat dukungan. Hari ini kita lihat hasilnya dengan melakukan panen di lahan rawa lebak," katanya.
Amran Sulaiman menjelaskan, di Indonesia lahan rawa lebak atau pasang surut potensinya 20 juta hektare.
"Biasanya pada Oktober paceklik tidak ada panen di sini. Sekarang kita lihat lahan padi mulai menguning dan siap panen. Karena dengan teknologi baru di lahan rawa lebak kita membuat kanalisasi, sehingga banjir tidak masuk, kalau ada banjir pada musim hujan dipompa keluar, kalau musim kering air dipompa masuk," kata dia.
Amran Sulaiman juga menegaskan, Lahan rawa lebak tidak tergantung musim kemarau atau musim hujan, karena akan terus produksi. Musim kemarau atau penghujan bisa diatur. "Itulah kecerdasan kita, bagaimana mengelola alam," ujarnya.
Ke depan pemerintah akan mengoptimalkan tanah tadah hujan dan lahan pasang surut yang potensi sekitar 20 juta hektar. Bertanam padi di lahan rawa lebak menurut Amran Sulaiman hasilnya bisa tiga kali panen. Pada lahan jika dilakukan tiga kali tanam potensinya bisa satu juta hektar.
"Kalau produksinya enam ton per hektar maka ada kenaikan enam juta ton, kalau dikali Rp 4 juta per ton gabah itu hasilnya Rp 24 triliun sebagai pendapatan petani Sumsel," ujarnya.