Kamis 12 Oct 2017 14:55 WIB

Agung Laksono: Pencopotan Yorrys demi Soliditas Golkar

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Andri Saubani
Politikus Golkar Yorrys Raweyai.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Politikus Golkar Yorrys Raweyai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Agung Laksono  menyebut pencopotan Yorrys Raweyai dari jabatan Koordinator Bidang Politik dan Hukum DPP Partai Golkar demi menjaga kekompakan dan soliditas Partai Golkar. Hal ini karena terjadinya penurunan elektabilitas Partai Golkar.

"Karena masyarakat Indonesia tidak ingin melihat sebuah lembaga apalagi lembaga politik ada gonjang ganjing didalamnya. Saya kira kurang baik, perlu ada kekompakan. Kekompakan ini harus dijaga terutama dari elit-elitnya sendiri," katanya, Agung, Kamis (12/10).

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham menyebut revitalisasi kepengurusan Partai Golkar resmi berlaku setelah Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto menyampaikan kepengurusan hasil revitalisasi tersebut di Rapat Pleno DPP Partai Golkar pada Rabu (11/10).

Idrus mengungkap hasil revitalisasi kepengurusan menghasilkan penambahan jumlah pengurus pusat dari 279 menjadi 301 orang. "Banyak pergeseran-pergeseran dan penambahan dari 279 pengurus menjadi 301 orang anggota rapat pleno DPP Golkar hasil revitalisasi," ujar Idrus di Kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta.

Dari revitalisasi tersebut setidaknya ada dua nama jenderal bintang tiga yang masuk kepengurusan DPP Partai Golkar. Mereka yakni, Letjen Purn TNI Eko Wiratmoko menjadi Korbid Polhukam dan Komisaris Jenderal Purn Pol. Anang Iskandar sebagai Ketua Badan Litbang Partai Golkar.

Idrus beralasan, revitalisasi ini dilakukan untuk meningkatkan soliditas dan kebersamaan Partai Golkar. Apalagi menjelang tahun politik yakni Pilkada 2018 dan Pemilu 2019.

"Kepengurusan ini perlu efektivitas, perlu soliditas, perlu kebersamaan dan soliditas dalam rangka menjamin akselerasi kerja kita, akselarsi kerja DPP golkar untuk capai target-target politik menghadapi Pilkada 2018 maupun Pemilu 2019," jelas Idrus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement