Kamis 12 Oct 2017 14:12 WIB

'Revitalisasi Golkar Strategi Setnov Pecat Kader Penentang'

Rep: Amri Amrullah/ Red: Andri Saubani
Kader senior Partai Golkar, Yorrys Raweyai.
Foto: Republika/Wihdan
Kader senior Partai Golkar, Yorrys Raweyai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pascaputusan praperadilan yang membatalkan status tersangka Setya Novanto di KPK, DPP Golkar merevitalisasi pengurusnya. Revitalisasi telah mengakibatkan Yorrys Raweyai yang selama ini dikenal menentang Novanto didepak dari jajaran pengurus DPP.

Bagi aktivis Generasi Muda Partai Golkar (GMPG), Almanzo Bonara istilah revitalisasi ini sama artinya dengan pemecatan kader Golkar yang menentang Setnov. "Bagi kami revitalisasi adalah pemecatan kader, hanya redaksional saja yang diperhalus namun subtansinya tetap sama," katanya, Kamis (12/10).

Pemecatan atau revitalisasi yang dimaksud, tegas Almanzo, tak lain hanya untuk mengamankan kepentingan pribadi Setya Novanto sebagai ketua umum partai Golkar. Dengan kata lain, menurutnya, bukan untuk menyelamatkan partai Golkar dari serangkaian persoalan korupsi.

Seperti yang dilakukan dengan memecat Yorrys Raweyai dan Ahmad Dolli Kurnia sebelumnya. "Kami tidak melihat adanya urgensitas keputusan merevitalisasi pengurus dalam kaitanya untuk memulihkan citra partai sebagaimana yang diucapkan oleh elit DPP," ungkapnya.

Terutama pada saat skandal korupsi proyek KTP-elektronik (KTP-el) masih terus melilit di tubuh partai Golkar, Almazo  melihat akan sangat sulit mengembalikan tingkat kepercayaan publik yang sangat negatif terhadap partai Golkar di bawah kepemimpinan Setya Novanto. Semangat revitalisasi ini, kata Almanzo, hanya untuk memecat dan menggeser para kader yang dianggap kritis menyoal dan membongkar korupsi yang menyangkut Setya Novanto.

Padahal mereka yang dipecat adalah para kader potensial yang berpikir untuk kemajuan partai. "Anehnya di satu sisi kader yang sudah divonis korupsi pun masih dipertahankan," terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement