REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gunung Sinabung, Sumatera Utara meletus Kamis dinihari. Meski demikian, tidak ada korban jiwa serta jumlah pengungsi tidak bertambah akibat letusan gunung api aktif itu.
"Masyarakat sudah terbiasa melihat letusan Gunung Sinabung karena sejak ditetapkan status awas pada 2 Juni 2015 hampir setiap hari terjadi letusan," kata Kepala Pusdatin dan Humas Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) Sutopo Purwo Nugoro Kamis (12/10) .
Dia mengatakan Pos Pengamatan Gunung Sinabung PVMBG melaporkan letusan dengan tinggi kolom abu vulkanik dua ribu meter yang diikuti awan panas guguran dengan jarak luncur 1.500 meter ke arah selatan dan 2.000 meter ke arah timur-tenggara. Angin bertiup lemah-sedang ke arah timur-tenggara dengan lama gempa erupsi 366 detik.
Sebelum itu, juga terjadi letusan pada 11 Oktober 2017 pukul 10.51 WIB dengan tinggi kolom abu vulkanik 1.500 meter. Angin bertiup lemah-sedang ke arah timur-tenggara. Lama gempa erupsi 333 detik dengan hujan abu terjadi di beberapa desa di sekitar Gunung Sinabung.
Sutopo Purwo Nugroho mengatakan desa-desa yang masuk dalam zona merah memang kosong. Ribuan jiwa warga masyarakat sudah mengungsi, bahkan sebagian sudah direlokasi ke tempat yang lebih aman sementara lainnya menunggu relokasi. BNPB, kata dia, terus memberikan bantuan kepada pengungsi dan masyarakat sekitar Gunung Sinabung. BNPB telah menyalurkan bantuan dana siap pakai untuk penanganan pengungsi sejak 2013 hingga September 2017 mencapai Rp 321,6 miliar.
Dana itu untuk bantuan anak sekolah, jaminan hidup, biaya listrik, air bersih, sewa jambur untuk tempat pengungsian, pembangunan sekolah darurat, MCK, tempat ibadah, sewa rumah, sewa lahan pertanian dan sebagainya. "Bupati Karo menjadi penanggung jawab penanganan dampak letusan Gunung Sinabung dan BNPB terus memberikan pendampingan dan bantuan," kata dia.
Aktivitas vulkanik Gunung Sinabung, lanjut dia, masih tetap tinggi serta belum terlihat tanda-tanda adanya penurunan aktivitas vulkanik. PVMBG terus melakukan pemantauan secara intensif dan tidak dapat diprediksikan kapan letusan berakhir.
Dia mengimbau masyarakat dan wisatawan agar tidak beraktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak dan dalam jarak tujuh kilometer sektor selatan-tenggara, dalam jarak enam kilometer sektor tenggara-timur serta dalam jarak empat kilometer sektor utara-timur Gunung Sinabung. Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung, kata dia, agar tetap waspada terhadap ancaman bahaya lahar hujan.
Dijelaskan oleh dia, curah hujan diperkirakan akan terus meningkat sehingga ancaman banjir lahar hujan juga meningkat. Telah terbentuk bendung alam di hulu Sungai Laborus. Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar hilir daerah aliran sungai Laborus agar waspada karena bendungan ini dapat jebol karena tidak kuat menahan volume air sehingga mengakibatkan lahar/banjir bandang ke hilir.
"Hampir setiap hari Gunung Sinabung di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara meletus. Selain melontarkan abu vulkanik, letusan juga disertai dengan gempa guguran, lava pijar dan luncuran awan panas," kata dia.