REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Organisasi dari Wadah aliansi aspirasi transportasi (WAAT) Jawa Barat menduga, aksi mogok yang dilakukan oleh sebagian pengemudi Angkot di Bandung dan Cimahi pada Selasa (10/10) disusupi provokator. Pasalnya, demo tersebut dinilai telah melanggar kesepakatan sebelumnya.
"Mogok dari berbagai jalur kayaknya disusupi oleh provokator, tadi baru Cimahi. Kemungkinan besar mogok di Bandung (disusupi) juga," ujar ketua harian WAAT Jabar, Anton Ahmad Fauzi, saat dihubungi melalui telepon seluler Rabu (11/10).
Anton mengatakan, aksi mogok yang dilakukan oleh sebagian sopir Angkot itu, telah melanggar kesepakatan audiensi yang diikuti Pemprov Jabar, Dishub Jabar dan Kota, serta dari perwakilan dari WAAT. Padahal para pihak terkait yang ikut audiensi, bersepakat untuk menangguhkan rencana mogok massal yang rencananya dilakukan pada 10 hingga 13 Oktober di Gedung Sate, Kota Bandung.
"Tapi nyatanya tanggal 10 kemaren ada aksi mogok. Padahal disitu kita dan pemerintah sudah menyatakan sikap dan poin-poin surat pernyataan bersama sudah dinyatakan," kata dia. Ia mengimbau kepada seluruh sopir Angkot untuk tetap beroperasi agar tidak mengganggu kondusifitas di lapangan. Apalagi ia menerima laporan terkait banyaknya para penumpang yang terlantar.
Di sisi lain, Anton juga meminta agar pengemudi taksi online untuk menghentikan operasionalnya, hingga turun regulasi yang jelas dari pemerintah pusat. "Sok benerin dulu regulasi, baru online bisa jalan dan kita juga enggak akan demo. Kalau sudah ada regulasi kemudian kita demo, berarti kita yang enggak tahu diri. Sekarang mah mereka yang enggak tahu diri," ujar Anton.
Sebelumnya, pada Selasa (10/10) sebagian sopir Angkot di Bandung seperti jurusan Cicadas-Alun alun, Ciwastra-Cijerah, Cicaheum-Kebon Kalapa, Riung Bandung-Dago, Soreang-Leuwi Panjang dan Ledeng- Margahayu melakukan aksi mogok di beberapa lokasi. Mereka memilih untuk tidak beroperasi, bahkan beberapa di antaranya menurunkan penumpang di tengah perjalanan. Dari pengakuan salah satu sopir yang enggan disebutkan, ia terpaksa harus menurunkan penumpang karena diminta mogok dan takut teman-temannya malah menyerang balik.
"Saya kemarin ikut ga jalan. Kalau dipaksain (beroperasi), saya takut terjadi apa-apa," katanya. Aksi juga terjadi di Cimahi, beberapa sopir jurusan, Padalarang-Leuwi Panjang lebih memilih menepikan kendaraannya. Bahkan mereka sempat memberhentikan bus Damri dan meminta seluruh penumpangnya untuk turun.