REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengaku ada tiga persoalan besar Ibu Kota yang belum dan tak mungkin selesai pada sisa masa jabatannya yang tinggal sepekan. Tiga persoalan ini tentu akan menjadi 'warisan' untuk gubernur dan wakil gubernur terpilih Anies-Sandi.
Djarot mengatakan, persoalan pertama yakni kemacetan. Persoalan klasik Ibu Kota yang tak kunjung selesai itu akan menjadi kewajiban Anies-Sandi untuk segera merampungkannya. Ia mengklaim sudah berupaya maksimal menata dan meletakkan dasar-dasar sistem transportasi publik berbasis rel maupun berbasis bus.
"Ini belum selesai, terutama yang berbasis rel. Kami sudah berusaha mengintegrasikan sistem transportasi itu, sehingga kami harapkan lima tahun ke depan kemacetan Jakarta sudah terurai," kata dia di Balai Kota, Senin (9/10).
Persoalan kedua, lanjut Djarot, terkait permukiman. Warga Ibu Kota dinilai banyak membutuhkan hunian layak. Hal itu terlihat dari masih banyaknya warga yang tinggal di bantaran sungai. Pembangunan rumah susun yang dilakukan, kata dia, dimaksudkan untuk merelokasi mereka yang menempati tempat yang tidak sesuai dengan peruntukkannya.
"Karena konsep kami untuk permukiman di Jakarta, dengan kondisi seperti ini, pembangunannya dilakukan secara vertikal," katanya.
Pekerjaan rumah ketiga bagi Anies-Sandi, kata mantan wali kota Blitar ini, adalah masalah sampah. Selama ini DKI bergantung kepada TPST Bantar Gebang. Selain itu, menurut Djarot, yang harus diteruskan adalah penataan pedagang kaki lima hingga pemanfaatan trotoar sebagaimana mestinya.
"Kami sadar bahwa untuk menata Jakarta itu lima tahun saja tidak cukup, minimal sepuluh tahun. Tentunya (program) harus tetap berlanjut untuk 15-20 tahun karena pembangunan Jakarta ini tidak bisa sepotong-sepotong, termasuk mengintegrasikan pembangunan Jakarta dengan daerah penyangganya," ujar dia.