Kamis 05 Oct 2017 20:06 WIB

Mendorong Pengembangan Bawang Putih Sembalun

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pekerja mengupas bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (8/5). Pemerintah akan melakukan impor bawang merah dan bawang putih pada pekan depan.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Pekerja mengupas bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (8/5). Pemerintah akan melakukan impor bawang merah dan bawang putih pada pekan depan.

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK TIMUR -- Kawasan Sembalun di Lombok Timur, NTB, dikenal sebagai sentra pertanian bawang putih sejak lama. Sejumlah upaya untuk kembali membangkitkan kejayaan bawang putih Sembalun seperti era '80-an terus dilakukan.

Kepala Dinas Pertanian Lombok Timur Zaini mengungkapkan faktor benih unggul masih menjadi kendala utama bagi pengembangan bawang putih Sembalun. Menurut Zaini, target musim tanam tahun ini ditargetkan menanam 1.750 hektar. Sementara benih khas varietas Sangga Sembalun jumlahnya hanya 350 ton atau hanya untuk ditanam di atas lahan seluas 350 ha dengan hitungan rata-rata 1 ton per hektar. Zaini berasumsi kika 350 ton ditanam dengan asumsi 6 ton per hektar untuk benih, maka pada 2018 mendatang bisa diperoleh sekitar 2.100 benih.

"Benih-Benih ini yang nanti kita kembangkan untuk pengembangan bawang putih Sembalun," ujar Zaini di Sembalun, Lombok Timur, NTB, Kamis (5/10).

Sedangkan, opsi lain dengan mendatangkan benih dari luar negeri, kata Zaini, belum pernah berhasil diujicoba lantaran perbedaan iklim dan juga lokasi.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian (Kementan) Pending Dadih Permana mengatakan Kementan juga telah menyalurkan sejumlah sarana dan prasarana untuk mendukung pengembangan bawang putih Sembalun. "Sudah ada tiga dari tujuh embung yang kita buatkan di sini," kata Dadih.

Selain itu, bantuan berupa pengadaan pipa untuk penyaluran air hingga alat mesin pertanian (alsintan) berupa traktor hingga pompa. Menurut Dadih, pengadaan pengairan merupakan kunci utama agar menjamin kepastian air bagi para petani. "Kami memastikan infrastuktur terpenuhi, di sini relatif mudah dibanding daerah lain karena petaninya memang sudah terbiasa dengan bawang putih," ucap Dadih.

Ketua Gapoktan Gumilang Risdun menjelaskan persoalan sarana dan prasarana menjadi kebutuhan yang sangat diperlukan. Mengingat kondisi pertanian bawang putih yang terpencar di beberapa titik, Risdun berharap adanya pipa yang mampu menyalurkan air ke sejumlah areal pertanian. "Kendala utama itu kita bingung ketika impor masuk. Padahal kalau tidak ada, kita yakin bawang kita bisa terserap," kata Risdun.

Saat ini, lanjut Risdun, harga jual saat panen basah berkisar di angka Rp 21 ribu per kg, sedangkan saat panen kering ialah Rp 66 per kilogra. Nilai ini menurut Risdun sangat baik bagi para petani. Oleh karena itu, mereka berharap keran impor bisa ditekan semaksimal mungkin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement