Kamis 05 Oct 2017 15:42 WIB

Riset I2 Ungkapkan Mengapa Netizen Percaya pada TNI

Presiden Joko Widodo (ketiga kanan) didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (kedua kiri) dan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian (kedua kanan) berjalan kaki menuju lokasi Upacara Parade dan Defile HUT ke-72 TNI Tahun 2017 di Dermaga Indah Kiat, Cilegon, Banten Kamis (5/10).
Foto: Antara/Setpres/Agus Suparto
Presiden Joko Widodo (ketiga kanan) didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (kedua kiri) dan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian (kedua kanan) berjalan kaki menuju lokasi Upacara Parade dan Defile HUT ke-72 TNI Tahun 2017 di Dermaga Indah Kiat, Cilegon, Banten Kamis (5/10).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kiprah dan kinerja Tentara Nasional Indonesia (TNI) selalu mendapat sorotan netizen (warganet).  Hasil riset Indonesia Indicator (I2), sebuah perusahaan di bidang intelijen media, analisis data, dan kajian strategis dengan menggunakan software AI (Artificial Intelligence) mengungkapkan mengapa netizen mencintai TNI.

I2 mencatat, sepanjang 3 Oktober 2016-3 Oktober 2017, percakapan tentang TNI di media sosial Twitter mencapai 2.201.103 yang dihadirkan dari sebanyak 254.286 akun.

"Topik perbincangan mengenai TNI di lini masa merupakan salah satu isu yang selalu “in” di mata netizen. Sementara figur Panglima TNI memberi peran besar terhadap pergerakan isu dan persepsi netizen," ujar Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2) Rustika Herlambang dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Kamis (5/10). 

Dalam riset bertajuk "TNI dalam respons Netizen" itu, I2 menemukan fakta bahwa segala upaya yang dilakukan TNI mendapat kepercayaan yang cukup besar dari netizen. 

"Emosi “trust” atau percaya mendominasi percakapan mengenai TNI, disusul oleh emosi “anticipation” sepanjang setahun terakhir. Dua emosi ini mencapai 63% dibandingkan dengan emosi lainnya,” ungkap Rustika.

Hal ini menunjukkan bahwa dan harapan netizen pada TNI sangat besar. Meski dirundung berbagai isu yang bersifat polemik, TNI tetap mendapatkan kepercayaan publik dan didukung. Di sisi lain, netizen juga mengapresiasi kedekatan TNI pada bencana alam, seperti banjir, longsor, kekeringan, dsb.

Optimisme pada TNI juga ditunjukkan melalui sentiment positif dan netral sebanyak 70,3%. Sentimen tersebut didukung dari percakapan yang berisi dorongan dan kebanggaan pada TNI – misalnya dengan ungkapan bravo, jaya, hebat, kami bersama TNI, termasuk juga dukungan pada Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo terhadap aksi Bela Islam atau ajakan nobar.

Bahkan dalam kasus korupsi Helikopter Augusta Westland 101 (AW101) yang seharusnya menjadi lampu merah bagi TNI justru disambut positif netizen. Netizen, kata dia, menganggap ada keterbukaan dari TNI dan pernyataan tegas Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo untuk menegakkan hukum jika anggotanya berbuat salah.

Dalam hal sentimen negatif, menurut Rustika, netizen juga banyak menyoroti berbagai langkah TNI yang dianggap membuka ruang perdebatan di publik. Di antaranya, terkait pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo soal isu senjata illegal, kontroversi film G30SPKI, kasus korupsi, panglima dianggap berpolitik, maupun netralitas panglima.

Politik dan TNI

Gejolak situasi politik di Indonesia, kata dia, memengaruhi percakapan netizen terhadap TNI. Dalam 10 frasa terbanyak disebut TNI adalah komunisme, ulama, rakyat, demonstrasi, senjata, makar, pilkada, bencana, Australia, dan korupsi.

Tujuh frasa di antaranya berkaitan dengan suhu politik di dalam negeri. Dalam hal ini, kata Rustika, netizen banyak menyapa TNI untuk senantiasa menjaga netralitas dan keberpihakannya pada masyarakat – bahkan lebih khusus lagi mereka menyebut dengan istilah “rakyat” dan “ulama.

"Mereka menyandarkan harapan, memberi apresiasi, menyatakan dukungan, antusiasme dan dan kepercayaannya pada TNI pada kasus-kasus tertentu. Khususnya pada gejolak politik dan pilkada, warganet menyebut langsung agar TNI menjaga netralitas serta keberpihakannya pada rakyat dan ulama," paparnya.

Rustika memaparkan, kedekatan dan keberpihakan TNI pada masyarakat dalam kasus yang sensitif menjadi salah satu hal yang paling disorot netizen. Isu terbesar perbincangan terbesar dalam setahun terakhir adalah mengenai kekhawatiran akan munculnya komunisme di Indonesia.

Meski perbedaan pandangan yang tajam mengenai komunisme berlangsung cukup sengit di twitter, kata Rustika, di lini masa terlihat bahwa dukungan netizen terhadap ajakan nobar. Menurut dia, percakapan tentang komunis yang dibicarakan sepanjang September tersebut telah menjadikan puncak percakapan terbesar mengenai TNI dalam setahun terakhir.

Isu TNI masih menjadi magnet bagi netizen laki-laki dan mereka yang berusia muda. Sebanyak 148.542 akun (67,5%) percakapan dilakukan oleh netizen laki-laki, sementara perempuan sebanyak 71.587 akun (32,5%).

Mereka yang paling banyak merespons TNI adalah netizen generasi Z dan generasi Y atau dikenal dengan kaum milenial. Sebanyak 35,3% berasal dari percakapan netizen usia 18-25 tahun (67771 akun), dan mereka dengan rentang usia 26-35 tahun sebanyak  34,6% (66.764 akun). Netizen berusia di atas 35 tahun ditengarai berjumlah 44.314 akun atau sebesar 23%. Sisanya mereka yang berusia di bawah 18 tahun.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement