Rabu 04 Oct 2017 20:18 WIB

BKKBN Jabar akan Fokus Tambah Jumlah Kampung KB

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Andri Saubani
[ilustrasi] Sejumlah pelajar mendapat pejelasan kesehatan dari petugas Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di Indramayu, Jawa Barat, Senin (10/10).
Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
[ilustrasi] Sejumlah pelajar mendapat pejelasan kesehatan dari petugas Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di Indramayu, Jawa Barat, Senin (10/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Jawa Barat (BKKBN Jabar), fokus merealisasikan kampung keluarga berencana (KB). Selain itu, menurut Kepala BKKBN Jabar Sukaryo Teguh Santoso, BKKBN menyasar segmen remaja dalam program perencanaan keluarga sebagai upaya mengatur laju pertumbuhan penduduk.

"Segmen kelompok muda menjadi salah satu prioritas kami, karena satu dari empat penduduk itu kategori usia produktif (remaja)," ujar Sukaryo kepada wartawan saat ditemui usai pelantikan di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Rabu (4/10).

Sukaryo mengatakan, kebijakan pembangunan program kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga (KKBPK) diarahkan pada revitalisasi program KB melalui peningkatan kuantitas dan kualitas kesertaan dalam program KB. Selain itu, kata dia, upaya peningkatan kesejahteraan keluarga dengan pengokohan ketahanan keluarga melalui pendewasaan usia perkawinan, program pembinaan keluarga dan peningkatan ekonomi keluarga.

BKKBN, menggarap inovasi pengembangan program KKBPK dengan melibatkan intervensi lintas sektor melalui kampung KB yang melibatkan berbagai instansi. "Kami menargetkan, bisa membentuk kampung KB, satu kampung KB di tiap kecamatan," katanya.

Sukaryo optimistis, target itu bisa dicapai meski jumlah kecamatan yang ada di Jabar tersebar di 558 wilayah. Program ini, diterapkan di daerah yang populasinya dianggap sudah padat sehingga pembanguan berwawasan kependudukan dilaksanakan bersama warga setempat.

Laju pertumbuhan penduduk di Jawa Barat dari data BKKBN pada 2015 masih tinggi. Kabupaten Bekasi sebesar 3,95 persen per tahun, Kota Depok 3,57 persen per tahun dan kota Bekasi 2,74 pesen. Sedangkan Kabupaten Bogor 2,41 persen per tahun. Jumlah itu disumbang oleh angka kelahiran yang tinggi, ditambah perpindahan penduduk.

Jumlah angka kelahiran di kelompok umur 15-19 tahun perbandingannya di angka 37:1.000 wanita yang rentang usia reproduksinya masih panjang. Sukaryo optimistis, angka itu bisa ditekan di tahun ini dengan menargetkan penurunan di angka ideal 2,1 persen.

Menurut Sukaryo, ia pun akan mendorong penggunaan kontrasepsi bagi pasangan usia subur (PUS). Saat ini, di Jawa Barat terdapar 9,5 juta PUS, di mana 66,27 persen sebagai pengguna kontrasepsi modern. "Strategi kami ini melaksanakan kebijakan yang sudah ada, pemerataan KB yang berkualitas, KB dari arti yang luas. Tingkat partisipasi jabar bagus, di kisaran 62 persen," katanya.

Menurut Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, bonus demografi sebesar 30 persen di usia produktif yang dimiliki Jabar akan sangat penting untuk pembangunan. Namun, hal itu bisa tercapai jika mendapat bimbingan dan perencanaan yang baik. "Tugas pemerintah tentu bisa menyiapkan keahlian kepada masyarakat sesuai tuntutan zaman agar bermanfaat, BKKBN tentu harus mengatur" katanya.

Aher berharap, BKKBN bisa terus mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Karena, di beberapa daerah laju pertumbuhan penduduk itu cukup tinggi. Misalnya, di Depok sampai 4 persen. Hal ini terjadi, karena di dorong oleh adanya Migrasi. "Masyarakat juga harus di dorong untuk menata dan merencanakan kelahiran. Karena bukan hanya pembatasan saja harus ada perencanaan kelahiran juga," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement