REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaksana harian (Plh) rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Intan Ahmad menyebut butuh waktu memperbaiki perguruan tinggi UNJ. "Mohon kami diberi waktu membenahi diri," kata Intan di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), Senayan, Jakarta, Rabu (4/10).
Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) itu menyebut pemerintah membentuk tim memperbaiki dan merancang perguruan tinggi yang baik di UNJ. Kendati demikian, Intan tidak menarget kriteria keberhasilan UNJ.
Menurut dia, perbaikan tak bisa dilakukan tiba-tiba. Sebab, prosesnya melibatkan dosen, mahasiswa, dan pejabat kampus. Intan menegaskan, plagiarisme tidak dibenarkan dengan alasan apapun. Sehingga, menurutnya wajar apabila tak ada toleransi terhadap praktik itu.
Intan mengingatkan cara dan metode mengutip harus diajarkan pada anak sejak jenjang pendidikan SD. Tujuannya, menghindarkan anak dari perbuatan plagiarisme. "Kalau mengutip memang harus mengutip, tetapi namanya plagiarisme, zero tolerant (tak ada toleransi)," ujar dia.
Intan menjabarkan tiga hal mengacu pada praktik plagiarisme, pertama, mengutip langsung tanpa mengakui itu karya orang lain atau tak menyebut sumber. Kedua, plagiarisme diri atau auto plagiat.
Pelaku mengangkat karya yang pernah ia tulis, tanpa menjabarkan tulisan itu pernah terbit. Ketiga, plagiarisme mosaik atau mengumpulkan berbagai sumber dan menjadikan satu.
Terkait pencabutan gelar, Intan menilai tuntutan itu umum berdengung apabila ada kasus plagiarisme. Kendati demikian, ia mengatakan pencabutan gelar merupakan wewenang dan rekomendasi senat. Intan menegaskan posisinya sebagai Plh rektor UNJ memperbaiki dan membuat UNJ baik.
Plh rektor UNJ Intan Ahmad menyatakan membentuk tim memperbaiki kondisi UNJ, Senin (2/10). Tim itu terdiri dari Kemenristekdikti, UNJdan sejumlah dosen sivitas akademia lain. Tim tersebut membantu merumuskan berbagai hal memperbaiki UNJ. Ia meyakini tim itu mampu menjaring berbagai masukan, ide, saran, kritik perbaikan UNJ.