Selasa 03 Oct 2017 15:42 WIB

Aktivitas Dapur Magma Gunung Agung Masih Sangat Aktif

Rep: Amri Amrullah/ Red: Andi Nur Aminah
Kepala PVMBG, Balai Geologi Kementerian ESDM Pos Pantau Gunung Agung, Kasbani menjelaskan situasi terkini aktivitas Gunung Agung, Selasa (3/10).
Foto: Republika/Amri Amrullah
Kepala PVMBG, Balai Geologi Kementerian ESDM Pos Pantau Gunung Agung, Kasbani menjelaskan situasi terkini aktivitas Gunung Agung, Selasa (3/10).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM di Pos Pantau Gunung Agung, Kasbani mengatakan hasil pantauan di pos pantau, sejak status Gunung Agung ditetapkan awas di puncak sering tertutup kabut dan awan hujan. Sehingga pos pantau sangat sulit melihat aktivitas puncak kawah Gunung Agung.

Namun ia mengungkapkan laporan dari pos pantau yang berada di bagian utara Gunung Agung beberapa kali cuaca cerah dan terlihat kawah Gunung Agung. "Di pos pantau di utara terlihat ada aktivitas hembusan asap di kawah Gunung di 50 meter dari puncak kawah," paparnya, Selasa (3/10).

Terkait dengan aktivitas kegempaan walaupun sempat dikatakan intensitasnya menurun tapi secara jumlah gempa per hari masih cukup tinggi. Dalam beberapa hari terakhir ketika Gunung Agung berstatus Awas, jumlah kegempaan masih di atas 700an kali gempa setiap hari. "Ini artinya aktivitas dapur magma masih sangat aktif. Karena itu walaupun gempa sempat turun dan berfluktuasi, kita tetap berpegang pada status Awas dan level IV," terangnya.

Terkait penurunan jumlah kegempaan, diakui Kasbani memang sempat terjadi di beberapa hari. Namun secara total jumlah setiap hari kegempaan itu masih tetap tinggi. Ini yang membuat status Gunung Agung belum akan turun di level III atau Waspada.

Sementara itu Kabid Mitigasi Bencana PVMBG I Gede Suartika mengungkapkan saat ini dapur magma Gunung Agung sedang membentuk pipa untuk keluar ke permukaan bumi. Ini ditandai dengan munculnya asap solfatara dan rekahan di kawah Gunung Agung.

Rekahan baru kawah ini menjadi pipa aliran magma. Sebab saluran lahar yang ada selama ini bisa saja mengalami pembekuan, karena sudah lebih dari 54 tahun tidak meletus. Sehingga menghambat magma keluar dari perut gunung. "Karena itu dibutuhkan energi besar untuk Gunung Agung untuk meletus dan memuntahkan lahar panasnya," ujar Suartika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement