REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Fatayat NU, Anggia Ermarini mengatakan, stunting atau masalah kurang gizi kronis masih banyak dialami anak-anak di Indonesia. Sampai saat ini, menurut dia, angka kasus stunting masih mencapai 37,2 persen. Karena itu, menurut Anggia, pihaknya membentuk gerakan Barisan Nasional (Barnas) Fatayat NU Cegah Stunting. Melalui gerakan itu, ia berharap anak-anak Indonesia yang mengalami stunting turun hingga 15 persen.
"Harapannya dari Fatayat pasti turun dong, paling tidak itu dibawah 15 persen. Tapi itu butuh kerja keras memang. Tidak mudah karena stunting itu tidak hanya berbicara kesediaan bahan yang berkualitas, tapi juga budaya atau masalah pola asuh," ujar Anggia saat dihubungi Republika.co.id, Senin(2/10).
Menurut Anggia, budaya atau pola asuh tersebut tidak mudah diubah di kalangan masyarakat. Karena itu, membutuhkan campur tangan dari berbagai pihak dengan cara yang serius dan terus menerus. "Kalau untuk urusan hanya memberi makanan tambahan, asalkan kita punya uang kita bisa belikan itu, tapi tidak hanya sekedar itu," ucapnya.
Ia mengatakan, secara perilku masyarakat belum bisa diubah. Menurut dia, peran tokoh agama sangat dibutuhkan dengan cara bekerjasama dengan Dinas Kesehatan atau pun Puskesmas. "Tokoh agama dibutuhkan karena mereka yang mampu mengubah cara pikir masyarakat, mengubah pola asuh, memberikan informasi kepada masyarakat lebih luas, supaya mengubah cara pola asuhnya kepada anaknya menjadi lebih baik," kata Anggia.