REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Ratusan ton ikan di kolam jaring apung (KJA) Jangari, Kabupaten Cianjur mati akibat fenomena upwelling. Kematian ikan ini menyebabkan para petambak ikan mengalami kerugian cukup besar.
Informasi yang diperoleh dari petambak ikan menyebutkan, ikan yang mati diperkirakan sekitar 300 ton. Fenomena ini khususnya terjadi di Blok Maleber, Ciputri, dan Jatinengang.
"Mulai turunnya hujan dalam beberapa hari terakhir berdampak pada KJA," terang seorang petani ikan di Blok Jatinenggang, Aep Saepudin (42 tahun) kepada wartawan Kamis (28/9). Pasalnya lanjut dia turunnya hujan deras menyebabkan aliran air menjadi kencang sehingga kotoran yang berada di dasar atau bawah menjadi naik.
Kotoran yang naik ke atas ini kata Aep, membawa racun yang menyebabkan kematian pada ikan. Jika kondisi terus terjadi lanjut dia kemungkinan kematian ikan akan terus bertambah banyak.
Jenis ikan yang mati ungkap Aep cukup beragam mulai dari ikan mas, nila dan bawal. Sementara petani yang merasakan dampak upwelling diperkirakan mencapai sekitar 100 orang. Lokasi terparah sambung dia berada di Blok Maleber karena berdekatan dengan muara.
Ditambahkan Aep, fenomena upwelling ini tidak diperkirakan akan datang pada September. Sebelumnya lanjut dia kondisi ini biasanya terjadi pada akhir tahun yakni Nopember dan Desember.
Untuk mencegah kematian lebih banyak ujar Aep, petani menerapkan sistem blower. Cara ini kata dia dengan menormalkan sirkulasi di dalam air. Selain itu kata dia ada sebagian petani yang panen dini untuk mencegah kerugian lebih banyak.
Untuk ikan yang belum maksimal pertumbuhannya tersebut kata dia dihargai Rp 6.000 per kilogram. Padahal kata dia bila kondisi normal sebesar Rp 15 ribu per kilogram.
Petani ikan lainnya Taryana (40) menambahkan, kejadian upwelling terjadi karena perubahan cuaca. "Ikan kekurangan oksigen karena ada arus balik di dasar air," terang dia.
Kepala Seksi Bina Kesehatan Ikan dan Hewan, Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan Kabupaten Cianjur Agung Riyanto kepada wartawan menerangkan, kematian ratusan ikan ini karena bakteri Aeromonas Hydophila, White Spot Virus, dan Koi Herves Virus. "Keadaan ini muncul karena perubahan iklim dan pengaruh air yang tercemar," cetus dia. Untuk mengatasinya lanjut dia petani bisa memberikan vitamin C serbuk yang dicampur pakan ikan agar kondisi ikan sehat.
Sebenarnya ungkpa Agung, para petani pembudi daya ikan sudah bisa terbiasa menghadapi perubahan cuaca yang berdampak pada budidaya ikan. Misalnya dengan mengubah jenis ikan yang dipelihara khususnya yang bertahan pada oksigen rendah seperti nila dan lele jumbo.