Senin 25 Sep 2017 17:30 WIB

Gelombang Pengungsi Bali Terus Berdatangan ke Lombok

Rep: M Nursyamsyi/ Red: Endro Yuwanto
Pengungsi Gunung Agung beristirahat di GOR Suwecapura, Klungkung, Bali, Minggu (24/9) malam.
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Pengungsi Gunung Agung beristirahat di GOR Suwecapura, Klungkung, Bali, Minggu (24/9) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Gelombang kedatangan para pengungsi dari Bali ke Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), terus terjadi dalam beberapa hari terakhir, meski tidak dalam jumlah yang signifikan.

Berdasarkan data yang dihimpun tim gabungan di Pos Pemantauan Pengungsi Erupsi Gunung Agung di Pelabuhan Lembar, Lombok Barat, hingga Senin (25/9) pukul 18.00 WITA, jumlah pengungsi tercatat sebanyak lima kepala keluarga (KK) dengan 25 orang.

Rozi misalnya. Remaja berusia 20 asal Subagan, Karangasem, Bali, datang bersama ibu dan dua adiknya untuk mengungsi ke Lombok. Sebelumnya, mereka sempat tinggal di posko pengungsian di Denpasar selama beberapa hari hingga akhirnya memutuskan pergi ke Lombok.

"Khawatir saja meski di Denpasar, lebih baik ke Lombok karena ada saudara juga di Lombok," ucap Rozi saat ditemui Republika.co.id di Pelabuhan Lembar, Lombok Barat, NTB, Senin (25/9).

Selama di Lombok, Rozi dan keluarga akan menginap di tempat saudaranya di Pagutan, Kota Mataram. Rozi melanjutkan, ayah dan kakaknya masih berada di Bali, dan kemungkinan akan menyusul ke Lombok.

Warga Subagan lainnya, Ni Putu Desi juga memilih meninggalkan Pulau Dewata untuk mengungsi ke Lombok. Perempuan berusia 22 tahun datang bersama keluarganya dengan mengendarai sepeda motor. "Soalnya kampung sudah pada ngungsi semua, kebanyakan di posko-posko yang ada di Bali," ucap Desi.

Adapun Desi memilih mengungsi ke Lombok. Selama di Lombok, Desi akan tinggal di rumah keluarganya yang berada di Cakranegara, Kota Mataram.

Hal serupa juga dialami Ketut Gina Riska (18 tahun). Pelajar yang tinggal di Bebandem, Karangasem, tiba di Pelabuhan Lembar bersama sang ayah untuk melanjutkan perjalanan ke rumah keluarganya di Lombok Barat.

Rumah Riska yang berjarak 15 kilometer, memang belum termasuk kawasan steril Gunung Agung yang tercatat 12 kilometer dari Gunung Agung. Namun, hal ini tidak mengurangi kekhawatiran akan kondisi Gunung Agung. Terlebih, SMAN 1 Bebandem, tempat Riska sekolah juga diliburkan karena masuk dalam kawasan steril 12 kilometer dari Gunung Agung.

"Yah, lebih baik ke Lombok dulu deh sampai benar-benar kondusif," kata Riska.

Riska mengaku akan segera kembali ke Bali, jika kondisinya sudah kembali normal, dan sekolahnya kembali dibuka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement