Ahad 24 Sep 2017 04:00 WIB

Politikus PAN Sesalkan Komentar Try Sutrisno Soal Amien Rais

Rep: Muhyiddin/ Red: Ratna Puspita
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Saleh Partaonan Daulay
Foto: DPR RI
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Saleh Partaonan Daulay

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Fraksi Partai Amanat Nasioanal (PAN) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Saleh Partaonan Daulay menyesalkan pernyataan Mantan Presiden Try Sutrisno terkait kiprah politik Amien Rais dalam amandemen UUD 1945. Sebagai tokoh nasional, menurut Saleh, tidak sepantasnya Try menyampaikan hal itu di ruang publik. 

Apalagi, pernyataan itu tidak jelas arah dan esensinya. "Sebagai mantan wakil presiden, semestinya Pak Try tahu persis apa yang terjadi pada kisaran 1998-1999. Reformasi itu adalah keharusan dan tuntutan semua orang. Termasuk salah satu amanat reformasi adalah melakukan amandemen terhadap UUD 1945," ujarnya dalam keterangan tertulisnya yang diterima Republika, Sabtu (23/9). 

Menurut dia, amandemen UUD 1944 merupakan amanat rakyat sehingga politikus dari berbagai pihak sudah seharusnya menjalankannya, termasuk pada waktu itu fraksi TNI/Polri. Namun, dia mengatakan, perlu diingat bahwa seluruh rumusan amandemen adalah kesepakatan seluruh fraksi. 

Dengan demikian, dia berpendapat, Amien Rais yang waktu itu memiliki posisi sebagai ketua MPR juga tidak bisa mendikte semua anggota MPR. "Jadi kalau ada yang menyalah-nyalahkan Amien Rais, berarti ada yang melupakan sejarah. Itu juga sama dengan menyalahkan rakyat yang memang menginginkan amandemen," ucapnya. 

Menurut Saleh, tidak semua masyarakat kecewa terhadap amandemen, di luar sana banyak juga masyarakat yang menyambut gembira amandemen UUD 1945. Dengan amandemen itu, dia mengatakan, telah banyak perubahan dalam sistem politik dan ketatanegaraan Indonesia, termasuk menganulir kepemimpinan seorang presiden lebih dari dua periode.

Dengan amandemen, Saleh melanjutkan, sistem demokrasi Indonesia menjadi lebih terbuka dan kesempatan untuk mengisi jabatan-jabatan politik terbuka lebar bagi semua pihak. "Mungkin ada beberapa aspek dalam reformasi yang dirasa tidak pas saat ini,” kata dia. 

Saleh mengatakan jika itu yang disebut maka semestinya yang disuarakan adalah adanya amandemen lanjutan untuk menyempurnakan dan menambal yang dianggap tidak pas itu. “Bukan malah menyalah-nyalahkan dan seolah semua yang dilakukan membawa kemunduran besar bagi Indonesia," katanya. 

Saleh yakin Amien Rais sangat terbuka untuk mendiskusikan persoalan ini kepada semua pihak, termasuk kepada Try Sutrisno yang juga dianggap bagian penting dari sejarah reformasi itu. Namun demikian, diskusi seperti itu harus dilakukan secara baik-baik tanpa ada niat dan pretensi untuk saling menyalahkan. 

"Jangan dengan mudah menyebut pengkhianat bangsa. Sebab, orang lain juga tahu sejarah. Orang lain juga punya penilaian sendiri siapa yang berjasa dan siapa yang berkhianat," katanya.

Try sempat mengungkapkan kekecewaan terhadap Amien Rais karena hasil amandemen UUD 1945 tidak dilakukan oleh MPR. Try bahkan menyebut Amien sebagai pengkhianat bangsa karena tak konsisten menerapkan amandemen UUD. 

"Tetapi setelah terjadi diketok dan empat kali diamandemen itu, kesepakatan semuanya tidak dijalankan oleh MPR sesuai catatan kita. Kalau kata orang Pak Ali Sadikin lebih keras bicara, pengkhianat bangsa ini Amien Rais," kata Try di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (22/9).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement