REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melaksanakan program 90 ribu kelambu untuk mengantisipasi penularan penyakit malaria akibat gigitan nyamuk anopheles. "Program tersebut kami laksanakan tahun ini bertujuan agar masyarakat yang terpapar kita putus mata rantai penularannya," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dr Yulianto Prabowo di Solo, Sabtu (23/9).
Ia mengatakan dengan pemasangan kelambu tersebut maka nyamuk tidak bisa menggigit manusia. Selain melindungi, kelambu sudah diberikan insektisida sehingga nyamuk yang tertempel pada kelambu tersebut akan langsung mati.
Yulianto mengatakan pemberikan kelambu tersebut disesuaikan dengan jumlah kamar penerima manfaat. Dengan demikian, langkah antisipasi tersebut lebih efektif.
Mengenai endemis malaria di Provinsi Jawa Tengah, dikatakannya, Kabupaten Purworejo merupakan daerah dengan tingkat penularan paling tinggi, diikuti oleh Cilacap, Magelang, dan sebagian wilayah Banyumas. Berbeda dengan nyamuk demam berdarah, dikatakannya, tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles atau malaria ini terjadi di titik-titik yang bersentuhan dengan tanah, di antaranya empang dan sungai. Meski demikian, pada tahun ini pihaknya menargetkan secara bertahap daerah-daerah tersebut terbebas dari penyakit malaria, salah satunya melalui program kelambu tersebut.
Sementara itu, meski penularan malaria terjadi di beberapa daerah di Jawa Tengah, dikatakannya, untuk angka kematian penderita malaria sangat rendah. "Bahkan penderitanya sebagian karena terinfeksi dari luar Jawa, mereka terinfeksi di sana dan pulang ke Jawa dalam keadaan sakit," katanya.