REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM -- Gunung Agung masuk ke dalam kategori gunung berapi paling eksplosif di Indonesia, dilihat dari sejarah letusannya. Menteri Energi Sumber Daya Mineral, Ignasius Jonan yang berkunjung langsung ke pos pemantauan gunung berapi di Desa Rendang, Karangasem menyebutkan aktivitas vulkanis gunung setinggi 3.031 meter di atas permukaan laut itu luar biasa.
"Jika ada yang tanya kapan meletus, tidak ada yang tahu. Kita hanya harus berjaga-jaga supaya tidak menyesal. Jika kita lihat dari aktivitas vulkanisnya, gunung ini sangat luar biasa dibanding gejala normalnya," kata Jonan di Karangasem, Jumat (22/9) malam.
Seluruh warga dalam radius sembilan kilometer (km) plus sektoral sejauh 12 km ke ke utara, tenggara, dan selatan-barat daya harus dikosongkan. Zona merah ini diperluas dari status sebelumnya. Zona perkiraan bahaya tersebut bersifat dinamis dan terus dievaluasi. Zona ini bisa berubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung paling aktual.
Kepala Seksi Tanggap Darurat dan Kegawatdaruratan Pusat Pengendalian dan Operasional di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali, I Komang Kusumaedi mengatakan tim melakukan pendekatan persuasif bagi masyarakat yang masih ragu atau masih belum mau dievakuasi. Ia mencontohkan Keluarga Nengah Sudra asal Juntal Kelod, Desa Kubu yang berat meninggalkan rumah dan harta bendanya untuk mengungsi.
"Pagi ini pukul 01.17 WITA, kami jemput yang bersangkutan bersama anggota kepolisian sektor (Polsek) dan dibawa ke pos pengungsi di Tembok," katanya, Sabtu (23/9).
Tim SAR juga berhasil menyelamatkan seorang warga yang terjatuh di jurang hutan desa di Tinga-Tinga, Buleleng. Yang bersangkutan mengalami dislokasi kaki kanan, serta patah pergelangan tangan kiri saat mengungsi. Data pemerintah Kabupaten Karangasem menyebutkan sekitar 15 ribu penduduk tinggal dalam radius enam km dan 100 ribu penduduk dalam radius 12 km.