Jumat 22 Sep 2017 07:42 WIB

Polresta Bogor Masih Dalami Motif Kasus 'Gladiator'

Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Jabar dibantu Polresta Bogor Kota membongkar makam Hilarius Christian Event Raharjo pada Selasa (19/9) untuk dilakukan autopsi.
Foto: Republika/Gumanti Awaliyah
Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Jabar dibantu Polresta Bogor Kota membongkar makam Hilarius Christian Event Raharjo pada Selasa (19/9) untuk dilakukan autopsi.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Satreskrim Polresta Bogor Kota, Polda Jawa Barat masih menelusuri motif dari perkelahian ala "gladiator" yang menewaskan Hilarius Christian Even Raharjo (15) siswa SMA Budi Mulia.

"Apa motif masih terus kita dalami, apakah rivalitas atau hal lainnya, kita masih menunggu tersangka selesai diperiksa Bapas," kata Kasat Reskrim Polresta Bogor Kota Kompol Choerudin di Mapolresta Bogor Kota, Kamis.

Dalam waktu lima hari pascaviralnya kasus perkelahian ala "gladiator", Polresta Bogor Kota dapat menangkap empat orang tersangka dari enam orang pelaku.

Empat orang tersebut masing-masing BV ditangkap di Yogyakarta, MS ditangkap di Bandung, sedangkan HK dan TB ditangkap di Bogor. Tiga dari empat tersangka masih berstatus pelajar, kecuali TB.

Dari pemeriksaan sementara perkelahian ala "gladiator" tersebut tidak pernah terekspose. Aktivitas tersebut baru diketahui setelah muncul korban.

Hilarius Christian Even Raharjo (15) siswa SMA Budi Mulia meninggal dunia setelah beradu duel dengan BV siswa dari SMA Mardi Yuana. Peristiwa tersebut terjadi 29 Januari 2016 berlokasi di Taman Palupuh, belakang SMAN 7, Kota Bogor.

Kasus tersebut vakum selama 18 bulan, sampai akhirnya viral setelah ibu korban Maria Agnes mencurahkan isi hatinya kepada Presiden Joko Widodo melalui akun media sosial.

Agnes meminta keadilan terkait kematian anaknya akibat dipaksa berduel dalam tradisi "bom-boman" atau perkelahiran satu lawan satu diikuti lima orang, dan disaksikan banyak orang seperti "gladiator".

Dalam waktu lima hari Polresta Bogor dapat memburu keberadaan para pelaku, setelah sebelumnya diperoleh hasil autopsi untuk mengetahui penyebab kematian korban.

"Hasil autopsi ada luka dalam, bagian hati robek sepanjang 4 cm  x0,5 mm sehingga terjadi pendarahan dalam rongga perut," katanya.

Menurut Choerudin, perkelahian ala "gladiator" tersebut sudah empat tahun terakhir berlangsung, tetapi tidak terekspose karena belum ada korban.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement