Kamis 21 Sep 2017 10:18 WIB
Seriak Kekerasan September

Jika Pemerintah Membuat Film Baru Soal G30S/PKI

Poster film Pengkhiatan G30S PKI.
Foto:
Pengangkatan jenazah Ahmad Yani di Lubang Buaya.

Bahkan kisah agama yang suci yang diyakini bagian dari wahyu Tuhan bisa saling berbeda. Contoh saja: benarkah nabi Isa, atau Jesus Kristus, mati disalib?

Agama Kristen/Katolik meyakini Jesus Kristus, atau nabi Isa menurut versi Islam, mati di salib, lalu bangkit kembali. Keyakinan itu bagian sentral doktrin agama.

Sementara agama Islam meyakini yang lain, bahwa yang disalib itu bukan nabi Isa, tapi manusia lain yang disamarkan seolah nabi Isa (Jesus Kristus).

Dua interpretasi sejarah yang berbeda ini, masing masing diyakini oleh para pemeluk agama yang berbeda, lebih dari satu milyar manusia. Masing masing keyakinan yang berbeda itu sudah bertahan pula panjang lebih dari seribu tahun.

Datang kemudian ilmu pengetahuan melalui Biblical Anthropology. Ini riset berdasarkan metode ilmu mencoba menggali apa yang sebenarnya terjadi dalam aneka bible, termasuk penyaliban Jesus Kristus (Nabi Isa). Apapun bunyi hasil riset ini, tak akan pernah menunggalkan keyakinan agama.

Kini agama Islam dan agama Kristen bisa berdampingan dengan damai, walau masing-masing tetap meyakini berbeda atas peristiwa yang sama.

Untuk kasus G 30 S/ PKI tentu saja data atau fakta bisa diverifikasi, atau difalsifikasi, seperti apakah Aidit itu merokok atau tidak, atau ada dimana Aidit ketika tujuh jenderal dibunuh. Tapi soal dalang atau master mind sebuah peristiwa itu bukan data, tapi konstruksi data, sebuah mindset.

Selamanya konstruksi data tak bisa diverifikasi atau tak bisa difalsifikasi oleh data baru, karena ada metaphysical assumption yang bersifat politik atau ideologis di balik konstruksi itu.

Dalam filsafat ilmu, perdebatan Karl Popper verus Thomas Khun dapat memperkaya kita memahami arti sebuah perspektif/ paradigma dalam memahami sebuah peristiwa.

Akira Kurosawa sangalah apik menggambarkan bagaimana satu peristiwa yang sama bisa menghasilkan aneka cerita yang berbeda. Pelaku yang sama bisa menceritakan narasi yang sangat berbeda. Itu salah satu film paling apik dan filosofis yang pernah dibuat: Roshomon (1950).

Dalam film itu, di sebuah hutan: seorang wanita diperkosa dan suaminya mati terbunuh. Apa yang sebenarnya terjadi? Baik wanita, pelaku pembunuhan, saksi mata, dan yang terbunuh melalui pemanggilan arwah menceritakan narasi yang sama sekali berbeda. Setiap narasi dipenuhi kepentingan si pencerita.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement