REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil penelitian Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR) menunjukkan hutan dan badai siklon memiliki kaitan mendasar dalam dinamika atmosfer, perubahan pada salah satunya akan memicu perubahan pada yang lainnya.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa hutan dapat melindungi wilayah benua daratan dari badai ekstrim," kata Senior Research Associate di Pusat Penelitian Kehutanan Internasional Douglas Sheil dalam keterangannya diterima di Jakarta, Rabu.
Baik pembentukan maupun bertahannya siklon tampaknya bergantung pada pasokan uap air yang memadai. "Kami percaya bahwa badai siklon tidak dapat mempertahankan diri di atas, atau dekat hutan yang luas, karena mereka menyerap kelembaban di atas tanah," lanjutnya.
Teori baru, menurut dia, menunjukkan bahwa hutan dunia dapat melindungi daratan dari badai siklon. Namun dengan berkurangnya hutan-hutan tersebut, para peneliti mencoba melakukan antisipasi peningkatan frekuensi dan semakin merusaknya badai yang terjadi.
Siklon dan hutan memiliki karakteristik yang sama yaitu jumlah hujan yang besar, yang berasal dari atmosfer. Bukti menunjukkan bahwa dengan mengambil kelembaban atmosfer dari laut, hutan menguras uap yang ada untuk membangkitkan dan mendukung badai siklon.
Selain mengurangi jumlah dan intensitas siklon, Sheil dan rekan penelitinya yakni Anastassia Makarieva dan Victor Gorshkov berpendapat hutan juga dapat mengurangi terjadinya banjir, kekeringan dan badai yang menghancurkan. Sehingga mempertahankan hutan alam, Sheil mengatakan adalah strategi yang tepat untuk keamanan air dan stabilisasi iklim.
Teori biotic pump yang muncul berargumen bahwa vegetasi dan tutupan pohon dapat memengaruhi pola hujan dan curah hujan lebih banyak dari pada yang sebelumnya diasumsikan secara umum. Sementara pandangan yang berlaku adalah bahwa angin ditentukan oleh gradien suhu, studi terbaru menggambarkan bagaimana evaporasi dan kondensasi memengaruhi dinamika atmosfer.
Rincian fisik teori dan implikasinya telah dipublikasikan dalam jurnal fisika yang telah melalui telaah sejawat (peer-reviewed) (1, 2, 3) dan jurnal sains atmosfer (4, 5, 6, 7). Dalam memajukan gagasan ini para peneliti telah menggambarkan kegagalan dalam teori angin yang didorong suhu (8) dan merevisi persamaan mendasar yang mengatur dinamika atmosfer dynamics (9).