Rabu 13 Sep 2017 13:54 WIB

Pemprov Siapkan Raperda Antisipasi Penyelundupan Sapi Bali

Rep: MUTIA RAMADHANI/ Red: Winda Destiana Putri
Sapi Bali, tak kalah dengan sapi impor.
Foto: iral-pena.blogspot.com
Sapi Bali, tak kalah dengan sapi impor.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pemerintah Provinsi Bali bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Bali menyiapkan rancangan peraturan daerah (Raperda) khusus tentang Pengelolaan Sapi Bali. Gubernur Bali, Made Mangku Pastika mengatakan raperda ini dipicu maraknya penyelundupan sapi bali karena pemerintah daerah melarang penjualan sapi produktif, sementara permintaan daging di luar Bali sangat tinggi.

"Permintaan daging sapi di luar Bali sangat tinggi, dan Bali bisa memenuhi kebutuhan tersebut," kata Pastika, Rabu (13/9).

Sapi Bali merupakan satu dari empat jenis sapi di dunia yang dapat menghasilkan morbling, yaitu dagingnya mengandung butiran lemak berkualitas tinggi. Ketiga sapi lainnya adalah sapi kobe, sapi wagyu, dan sapi frisian holstein.

Daging sapi bali, kata Pastika memiliki prospek berdaya saing tinggi di pasar dunia. Mantan Kapolda Bali ini juga menyayangkan masih banyak hotel dan restoran di Bali yang mengimpor daging setara wagyu karena menganggap daging sapi bali masih kurang berkualitas.

Raperda tentang Pengelolaan Sapi Bali ini ke depannya mengatur jaminan keberadaan sapi bali sebagai hewan ternak yang perlu dilestarikan dan dijaga kemurniannya. Raperda ini menghormati hak-hak anggota masyarakat untuk memiliki, memelihara, dan memanfaatkan nilai sosial ekonomi sapi bali.

Pemerintah provinsi berencana  membeli sapi-sapi betina yang masih produktif untuk diberikan kepada kelompok-kelompok tani. Peran kelompok tani yang tergabung dalan Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) juga penting menjaga keberadaan indukan sapi.

Bali memiliki 700 kelompok tani Simantri. Jika satu kelompok tani diberikan 20 ekor sapi betina, sehingga ada 1.400 ekor betina yang siap diberdayakan.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, I Wayan Sumantra mengatakan populasi sapi bali sempat berkurang beberapa tahun lalu. Ini karena pengiriman sapi bali ke luar pulau berlebihan.

Kuota pengiriman sapi bali pada 2013 mencapai 65 ribu ekor yang tercatat. Ada juga pengiriman tambahan setelah diminta pemerintah pusat dengan alasan peningkatan pertumbuhan ekonomi.

"Populasi sapi bali akhirnya berkurang pada periode tersebut dari 637 ribu ekor menjadi 473 ekor," kata Sumantra.

Pemerintah Provinsi Bali tahun ini membatasi kuota pengiriman sapi bali ke luar pulau mencapai 51 ribu ekor. Pembatasan ini memicu perbaikan jumlah sapi bali dua tahun terakhir, dari 537 ribu ekor pada 2015 menjadi 553 ribu ekor pada 2016.

sumber : Center
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement