Kamis 07 Sep 2017 22:42 WIB

Akhirnya Ada Jalan Siliwangi dan Jalan Padjajaran di Yogyakarta

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Karta Raharja Ucu
Tugu Yogyakarta
Foto: Republika/Imam Budi Utomo
Tugu Yogyakarta

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Mitos tidak akan ada nama Jalan Padjajaran dan Jalan Siliwangi di Yogyakarta tampaknya sudah terpatahkan. Pasalnya, bersamaan dengan empat jalan lain, Jalan Padjajaran dan Jalan Siliwangi sudah ada di Yogyakarta.

Berikut enam jalan-jalan yang telah disahkan Surat Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 166/KEP/2017 tersebut:

1. Ruas Jalan Siliwangi yang dimulai dari Simpang Empat Pelemgurih sampai Simpang Empat Jombor, dengan panjang ruas 8,58 kilometer

2. Ruas Jalan Padjajaran yang dimulai dari Simpang Empat Jombor sampai Simpang Tiga Maguwoharjo, dengan panjang ruas 10 kilometer

3. Ruas Jalan Majalahit yang dimulai dari Simpang Tiga Janti sampai Simpang Empat Jalan Wonosari, dengan panjang ruas 3,2 kilometer

4. Ruas Jalan Ahmad Yani yang dimulai dari Simpang Empat Jalan Wonosari sampai Simpang Empat Jalan Imogiri Barat, dengan panjang ruas 6,5 kilometer

5. Ruas Jalan Prof Dr Wirjono Projodikoro yang dimulai dari Jalan Imogiri Barat sampai Simpang Empat Dongkelan, dengan panjang ruas 2,78 kilometer

6. Ruas Jalan Brawijaya yang dimulai dari Simpang Empat Dongkelan sampai Simpang Tiga Gamping, dengan panjang ruas 5,86 kilometer

Penamaan jalan-jalan itu sendiri memang bukan sesuatu yang baru, mengingat itu merupakan usulan langsung Sri Sultan Hamengku Buwono X pada 2013 lalu. Selama ini, tidak adanya jalan-jalan yang memakai nama itu terkait sejarah perseteruan yang melibatkan Padjajaran, Majapahit dan Siliwangi.

Meski begitu, informasi tentang itu secara jelas tampaknya belum banyak didapatkan masyarakat DIY secara luas, kecuali dari grup-grup media sosial. Salah satunya Slamet, warga asli Sleman ini baru mengetahui kabar ada nama jalan-jalan itu dari grup Whatsapp.

"Sempat ada yang posting, tapi tidak tahu itu benar apa tidak, tapi biasa saja kalau mau pakai nama-nama itu tidak apa-apa," kata Slamet kepada Republika.co.id, Kamis (7/9).

Senada, Krisna yang merupakan salah satu mahasiswa di perguruan tinggi di Yogyakarta, mengaku baru mendengar kabar dari grup-grup Whatsapp. Namun, ia mengaku mendukung saja ada penggunaan nama-nama itu di jalan-jalan DIY, walau masih memakai nama-nama jalan yang lama.

"Ya mendukung saja, tapi memang belum biasa pakai nama-nama baru, kalau nunjuk masih pakai nama-nama jalan yang lama," ujar Krisna.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement