Kamis 07 Sep 2017 20:43 WIB

Rahmawati: Muhammadiyah Bangun Pasar Rekonsiliasi Rohingya

Bocah pengungsi Rohingya berbagi makanan setelah melintasi pesawahan setelah melintasi perbatasan Bangladesh-Myanmar di Teknaf, Bangladesh, Rabu (6/9).
Foto: Danish Siddiqui/Reuters
Bocah pengungsi Rohingya berbagi makanan setelah melintasi pesawahan setelah melintasi perbatasan Bangladesh-Myanmar di Teknaf, Bangladesh, Rabu (6/9).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Muhammadiyah melalui inisiatif yang disebut “Muhammadiyah Aid” melanjutkan langkah–langkah penyampaian bantuan kemanusiaan yang telah dimulai sejak setahun terakhir bersama anggota Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM).

Dengan dana masyarakat yang dihimpun oleh Lazismu, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) sebagai implementor lapangan Muhammadiyah Aid segera mewujudkan komitmen bantuan berikutnya yaitu membangun Pasar Rekonsiliasi sebagai upaya pemulihan ekonomi warga, sekaligus sebagai media membangun upaya perdamaian.

“Januari dan Maret 2017 ini kami telah menyampaikan bantuan kebutuhan dasar warga dan juga mengunjungi camp pengungsian yang memang mayoritas dihuni oleh warga Rohingya yang Muslim, walaupun ada juga camp yang dihuni warga yang beragama Budha. Kami menyaksikan langsung kondisi memprihatinkan sebagaian dari warga terdampak yang berjumlah 500 ribu orang, dan 120 ribu orang di antaranya tinggal di camp pengungsian selama 5 tahun,” kata Wakil Ketua MDMC Rahmawati Husein di Yogyakarta seperti dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (6/9).

Menurut Rahmawati, dari hasil kunjungan langsung dan juga dialog dengan berbagai pihak yang berada di lokasi saat itu, pasar yang ada masih sangat sederhana dan sangat tidak representatif. Sehingga kebutuhan pembangunannya baik secara fisik maupun secara manajemen pasar perlu ditingkatkan.

“Apalagi pasar menjadi tempat bertemunya semua kalangan dan warga dari berbagai etnis dan golongan, tersedia pasar yang representatif dan menjaga kesempatan untuk bertranksaksi dengan baik, membangun kesempatan yang sama mengembangkan perekonomian, dan tentu kampanye perdamaian dan rekonsiliasi bisa berjalan secara organik dan simbolik” papar Rahmawati yang juga Pengarah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tersebut.

Lebih lanjut Rahmawati menyampaikan bahwa rencana pembangunan pasar perdamaian ini akan diprioritaskan di daerah Sitway, satuan setingkat kabupaten di wilayah Negara Bagian Rakhine, yang merupakan lokasi dengan konsentrasi camp pengungsian terbesar warga selain di Mangdaw, lokasi di mana terjadi pembantaian beberapa saat yang lalu. Diharapkan inisiasi Pasar Perdamaian di Sitway ini akan berkembang juga di Mangdaw di masa mendatang.

“Pembangunan pasar perdamaian ini merupakan bagian dari upaya pencarian solusi multi sektor dan multi layer bagi Muslim Rohingnya, yang berlangsung dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Konsepnya sejalan dengan rekomendasi utusan khusus PBB Kofi Anan dan upaya pemerintah Myanmar utk membangun  yang mereka sebut sebagai friendly market,” papar Rahmawati.

“Tentu juga akan sangat berkaitan dengan upaya diplomatik lain seperti efektifnya upaya dunia Internasional untuk mendesak pemerintah Myanmar menghentikan serangan kepada Muslim Rohingnya,” lanjut Rahmawati.

Sebagai upaya jangka panjang untuk membangun solusi masa depan bagi Muslim Rohingnya dan juga upaya perdamaian di Rakhine – Myanmar, inisiatif ini juga sangat tergantung dari kepercayaan masyarakat untuk menyumbang melalui Lazismu pada Nomer Rekeing 123 000 5117 371 (Bank Mandiri) dan 009 1539 444 (BNI Syariah).  Upaya ini membutuhkan nafas panjang, karena kami tidak ingin program yang sifatnya hanya sekedar sumbangan sesaat belaka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement